bisnis-logo

People

Manuver Gurita Bisnis Happy Hapsoro

Hapsoro 'Happy' Sukmonohadi kian gencar bermanuver di pasar modal di tengah tahun politik dengan aksi pencaplokan saham-saham.

03 Juli 2023

A+
A-

Gejolak politik nasional pada era 1998 dapat dikatakan memiliki arti tersendiri bagi Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi. Sebulan sebelum kejatuhan era Orde Baru, dia memilih untuk melepas masa lajangnya.

Putri dari Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri itu dipinang oleh anak seorang pengusaha (alm) Bambang Sukmonohadi. 

Situasi pada masa itu tidak menghalangi keduanya untuk mengikat janji sehidup semati. Di kediaman orang tuanya di Kebagusan, Jakarta Selatan, dipilih sebagai tempat melangsungkan pernikahan.

Hapsoro 'Happy' Sukmonohadi, pria yang berhasil memenangkan hati cucu dari presiden pertama RI, Soekarno itu.

Foto pernikahan Puan Maharani dengan Hapsoro Sukmonohadi/Perpustakaan Nasional

 

Tidak banyak yang mengikuti kisah kehidupan pribadi Puan Maharani, begitu pun dengan cerita cintanya.

Namun, menurut pengakuannya, mahligai rumah tangga dimulai setelah mereka menjalin hubungan selama 8 tahun.

"Delapan tahun baru akhirnya memutuskan menikah, jadi kayanya waktu itu kok susah banget mau mutusin cepat-cepat nikah. Jadi, akhirnya setelah 8 tahun oke deh," ujar Puan dalam wawancaranya bersama Boy William yang dikutip dari unggahan Youtube BW pada Minggu (2/7/2023).

Sosok Happy Hapsoro tidak banyak diungkap ke publik oleh Puan. Baik dalam kegiatan di partai maupun kegiatan kenegaraan sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Artikel terkait Puan Maharani lainnya dapat klik di sini.

Happy Hapsoro jarang muncul, begitu juga di media sosial milik Puan. Tidak banyak momen bersama yang dibagikan dalam media sosialnya.

Tak jarang, Happy disebut lebih senang dikenal sebagai sosok di balik layar.

BACA JUGA: Jejak Trah Widjaja hingga Sjamsul Nursalim Sesap Gula di KEK

Sepak Terjang Happy Hapsoro

Persona Happy sebagai orang yang kerap di balik layar juga ditunjukan dalam sepak terjangnya di dunia bisnis.

Bila mencari di mesin pencarian, tidak banyak informasi yang bisa didapatkan mengenai sosok Happy. Hasil meng-google paling banyak merujuk kepada sosoknya yang dikenal sebagai menantu mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Catatan mengenai sepak terjangnya di dunia persilatan bisnis dalam negeri tidak banyak.

Happy hanya disebutkan sebagai pengusaha properti, meski tidak banyak informasi yang dapat dijadikan referensi atas sepak terjangnya itu.

Tidak diketahui secara pasti kapan Happy Hapsoro mewarisi jejak ayahnya terjun di bisnis properti. 

Namun, nama Happy melejit di pasar modal setelah mendirikan perusahaan holding, dan rajin menyerok saham-saham di lantai bursa.

Data PT Basis Utama Prima/Dirjen AHU Kemenkumham

Pada 2017, Happy mendirikan sebuah perusahaan investasi, PT Basis Utama Prima --di lantai bursa, perusahaan itu lebih familiar dengan nama Basis Investment.

Perusahaan itu hampir sepenuhnya dikendalikan oleh Happy. Sebanyak 99 persen saham digenggamnya.

Berdasarkan informasi Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum yang diperoleh Bisnis, Happy memiliki 75.924 saham atau setara dengan menyetor duit Rp75,94 juta dari total modal yang disetor pada perusahaan itu Rp76 juta.

Sementara itu, saham minoritas Basis Investment dimiliki oleh PT Mohammad Mangkuningrat. Perusahaan yang belakangan diketahui milik bos PT Indika Energy, Arsjad Rasjid, dengan jumlah 76 saham atau setara dengan Rp76.000 modal yang disetorkan.

Dalam akta pendirian, Basis Investment memiliki klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia (KBLI) dengan kode 64200 atau aktivitas perusahaan holding, 4211 atau konstruksi jalan raya, 46100 atau perdagangan besar atas dasar balas jasa, 68110 atau real estat yang dimiliki sendiri atau disewa.

Selain itu, perusahaan tersebut tercatat bergerak dengan KBLI berkode 70209 atau aktivitas konsultasi manajemen lainnya.

Kendati tercatat sebagai perusahaan holding yang rajin berinvestasi di sejumlah perusahaan, tidak diketahui secara pasti aliran modal yang digunakan Happy untuk menjalankan aksi korporasinya itu.

Namun, berdasarkan jenisnya, Basis Utama Prima didirikan dengan jenis penanaman modal dalam negeri (PMDN) nonfasilitas. Artinya, perusahaan itu didirikan untuk kegiatan menanam modal dalam rangka melakukan usaha di wilayah negara Indonesia. Perusahaan yang didirikan dengan jenis tersebut, aktivitasnya menggunakan modal yang diperoleh dari dalam negeri.
 

BACA JUGA: Suara Sumbang Kendali Vale di Bumi Celebes

Agresif di Pasar Modal

Pada tahun politik ini, tidak hanya politikus yang melakukan manuver-manuver lincah. Strategi itu serupa dilancarkan Happy dalam bisnisnya.

Happy semakin mantap melancarkan aksi korporasinya mencaplok satu per satu saham-saham yang ada di lantai bursa.

Manuver itu telah mulai dilakukan Happy sejak tahun lalu. Basis Investment berhasil masuk mengamankan saham dua perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

Basis Investment berhasil menyerok 45,71 persen saham di PT Sanurhasta Mitra Tbk. (MINA) dan 28 persen saham di PT Singaraja Putra Tbk.

Akuisisi saham kedua perusahaan tersebut dilakukan berdekatan. Saham Sanurhasta Mitra diambil alih pada September 2022, dan Singaraja Putra pada November 2022.

Dilansir dari keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, Basis Investment mencaplok 3 miliar saham Sanurhasta Prima dengan nilai Rp25 per saham. 

Dengan begitu, Basis Investments menggelontorkan dana hingga Rp75 miliar demi mencaplok 45,71 persen menggantikan CGS-CIMB Sekuritas.

Transaksi tersebut dilakukan pada 19 September 2022 dengan status kepemilikan saham langsung. 

Tangan dingin Happy mengendalikan Basis Investment terus berlanjut dengan mengakuisisi 28 persen saham Singaraja Putra. Transaksi itu dilakukannya pada 22 November 2022 dengan anggaran sebesar Rp48,1 miliar.

Happy tercatat membeli 134,68 juta saham Singaraja Putra dengan harga transaksi Rp250 per saham. Dengan demikian, untuk transaksi tersebut Happy melalui perusahaan investasinya mengucurkan Rp33,67 miliar.

Kedua aksi korporasi tersebut menutup agresivitas Happy di pasar modal pada 2022.

BACA JUGA: Ada Proyek IKN di Balik Ekspor Pasir Laut

Manuver Tahun Politik

Di saat para politisi tengah giat meningkatkan elektoralnya, Happy masih fokus untuk bermanuver di dunia usaha.

Transaksi yang dilakukan Happy pada 2023 pun tercatat dengan nilai yang fantastis. Seluruh transaksinya yang tercatat hampir tercatat menyentuh Rp1 triliun.

Melalui perusahaan miliknya, Sanurhasta Mitra, mengakuisisi PT Dwi Daya Swakarsa dengan nilai akuisisi Rp899 miliar.

Melalui emiten berkode saham SINI, akuisisi tersebut untuk pengambilalihan sebanyak 579.596 atau sebesar 75 persen saham Dwi Daya Swakarya yang dimiliki oleh PT Barito Energy.

Dalam keterbukaan informasinya, akuisisi tersebut ditujukan untuk menangkap peluang tingginya permintaan akan kebutuhan batu bara untuk
jangka waktu ke depan baik dari pasar domestik maupun luar negeri.

Tidak puas sampai di situ, Happy kembali melanjutkan manuvernya untuk memperluas portofolionya di bisnis perhotelan dengan mencaplok PT Bukit Uluwatu Villa Tbk.

Dalam transaksi itu, Happy mengambilalih 64,86 persen saham emiten berkode saham BUVA. 

Akuisisi ini akan ditempuh dengan mekanisme konversi utang BUVA kepada Nusantara Utama Investama yang telah jatuh tempo, menjadi kepemilikan saham melalui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement. 

Utang BUVA yang dikonversi bernilai Rp754,40 miliar.

Adapun, berdasarkan data Ditjen AHU Kemenkumham, Nusantara Utama Investama merupakan perusahaan 99,99 persen sahamnya dimiliki oleh Basis Utama Prima.

Perusahaan itu dibentuk dengan modal disetor Rp441 miliar dengan komposisi saham mayoritas oleh Basis Utama Prima, sedangkan 0,01 persen sahamnya dimiliki oleh Bonny Harry.

Menurut data KBLI pada 2020, perusahaan tersebut bergerak dengan kode 46100 atau perdagangan besar atas dasar balas jasa atau kontrak, kode 64200 atau aktivitas perusahaan holding, kode 70100 aktivitas kantor pusat, dan kode 70209 atau sebagai aktivitas konsultasi manajemen lainnya.

Dalam transaksi itu, Nusantara Utama Investama merupakan kreditur baru BUVA setelah mengambil alih utang dari PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Bank milik Grup Djarum itu mulanya menjadi kreditur BUVA beserta anak usahanya, PT Bukit Lagoi sejak Desember 2011.

BACA JUGA: Karpet Merah Freeport Jelang Tahun Politik

Tersangkut Kasus BTS

Baru-baru ini, nama perusahaan Happy tengah menjadi perbincangan publik usai orang nomor satu di perusahaannya diciduk Kejaksaan Agung dalam kasus korupsi base transceiver station (BTS) Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Muhammad Yusrizki ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus itu. Dia tercatat menjabat sebagai direktur utama di Basis Utama Prima atau Basis Investment.

Direktur Penyidikan (Dirdik) Jampidsus Kejagung Kuntadi mengatakan penyidik telah memiliki bukti yang cukup untuk menetapkan YUS sebagai tersangka.

“Setelah kita lakukan pemeriksaan secara intensif penyidik telah menemukan alat bukti yang cukup sehingga pada hari ini juga kita naikan statusnya sebagai tersangka,” ujar Kintadi di Gedung Jampidsus, Kamis (15/6/2023).

Kejaksaan Agung RI menetapkan Direktur Utama (Dirut) PT Basis Utama Prima (BUP) Muhammad Yusrizki sebagai tersangka dalam perkara tindak pidana korupsi penyediaan infrastruktur Base Tranceiver Station (BTS) dan infrastruktur pendukung Bakti Kominfo periode 2020-2022./Antara

 

Penangkapan Yusrizki tersebut berbuntut panjang. Nama Happy turut terseret.

Kejagung akan mendalami keterkaitan suami Puan Maharani, Happy Hapsoro dalam kasus korupsi BTS 4G BAKTI Kominfo.

Kendati demikian, Kuntadi memaparkan bahwa penyelidikan ini tergantung ada atau tidaknya alat bukti yang mengarah keterlibatan suami dari Ketua DPR RI itu. 

Kejagung, kata Kuntadi, tidak mau berandai-andai dan masih terus melakukan pendalaman jika memang terdapat alat bukti yang cukup.

“Bahwa kami selalu menelusuri [yang terlibat dalam kasus ini] sampai ujung,” ujar Dirdik Jampidus, Kuntadi ketika ditanya penyelidikan terhadap Happy, Kamis (15/6/2023).

Tak hanya Happy, pemegang saham lain di Basis Investment, yakni PT Mohammad Mangkuningrat, pun mendapatkan imbasnya.

Perusahaan milik Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid itu tercatat menjadi pemegang saham minoritas dalam Basis Investment.

Arsjad mengatakan bahwa dirinya hanya menggenggam 1 lembar saham Basis Utama Prima melalui perusahaan pribadinya, yakni PT Mohammad Mangkuningrat.

"PT Mohammad Mangkuningrat adalah PT pribadi saya yang hanya sebagai pemegang 1 lembar saham karena UU PT di Indonesia memerlukan dua pemegang saham," jelasnya singkat dalam pesan tertulis, Kamis (15/6/2023).

Penulis : Muhammad Ridwan, Lukman Hakim
Editor : Muhammad Ridwan
Previous

Jejak Trah Widjaja hingga Sjamsul Nursalim Sesap Gula di KEK

back-to-top
To top