bisnis-logo

Company

Langkah Seribu Digitalisasi Keuangan

Langkah seribu yang diambil perusahaan industri jasa keuangan dengan inisiatif digitalisasi telah menghantarkan kepada kinerja yang positif.

29 Agustus 2023

A+
A-

Pandemi Covid-19 telah banyak mengajarkan tentang kesiapan pada suatu negara dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah kekuatan sektor keuangan yang menjadi penopang perekonomian.

Belajar dari kondisi itu, banyak perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat untuk bisa beradaptasi situasi yang jauh dari kata normal. 

Cara hidup konvensional yang telah berlangsung cukup lama tidak lagi dapat dijalankan di tengah pandemi Covid-19 yang banyak membatasi ruang gerak manusia kala itu.

Tak heran, jika banyak sektor industri mengalami tekanan yang cukup dalam karena terhentinya sejumlah kegiatan, termasuk sektor industri jasa keuangan.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pelambatan aktivitas di sektor riil dan belum penuh beroperasinya korporasi besar membuat kinerja intermediasi perbankan mengalami tekanan dan terkontraksi -2,41 persen pada 2020. 

Selain itu, kinerja intermediasi IKNB masih tertekan akibat pandemi Covid-19. Premi asuransi komersial terkontraksi sebesar 7,34 persen yoy. Piutang Perusahaan Pembiayaan terkontraksi sebesar 17,1 persen akibat belum pulihnya berbagai sektor perekonomian.

Percepatan digitalisasi keuangan menjadi kunci utama agar sektor industri tersebut dapat keluar dari zona merah. 

Menurut data mutakhir Otoritas Jasa Keuangan (OJK), performa ekonomi digital Indonesia sepanjang tahun lalu tercatat sangat fantastis yaitu sebesar US$77 miliar. Angka ini diperkirakan bisa naik lagi ke US$130 miliar pada 2025 serta sekitar US$160 miliar pada 2030.

Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan, Arif Wibisono mengatakan ekonomi digital Indonesia bernilai US$77 miliar pada 2022 dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi US$130 miliar pada 2025 dan US$220 miliar-US$360 miliar pada 2030. 

Nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus melebihi negara Asean lainnya didukung dengan penetrasi internet di Indonesia yang cukup tinggi.

Menurutnya, pandemi Covid-19 mempercepat momentum adopsi teknologi pada berbagai layanan di sektor keuangan. Layanan financial technology (fintech) mulai berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia. 

Fintech telah memungkinkan penerapan protokol kesehatan dalam melakukan transaksi keuangan melalui kontak fisik minimal. Pada 2021, 18 persen orang dewasa di negara berkembang membayar tagihan listrik langsung dari rekening. 

Faktanya, sekitar sepertiga dari mereka melakukan hal ini pertama kali sejak pandemi Covid-19.

Dia menambahkan, dalam era keuangan digital, terdapat tiga hal penting yang perlu menjadi fokus pelaku pasar dalam mengakselerasi pertumbuhan industri. 

Pelaku pasar perlu menyediakan produk dan layanan yang inovatif serta sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen, namun dengan tetap memperhatikan perlindungan konsumen, termasuk perlindungan data konsumen. 

Di samping itu, pelaku pasar perlu membangun IT perbankan yang kuat, canggih, aman, dan terintegrasi. Ancaman cybercrime perlu menjadi perhatian dan dimitigasi. 

Kunci terakhir adalah organisasi yang agile dan dengan tata kelola yang baik. Riset membuktikan bahwa lembaga keuangan dapat berjalan dengan baik ketika bersifat independent serta didukung oleh digital talent dan profesi keuangan yang berkualitas.

"Dengan demikian, perkembangan pesat sektor keuangan digital dan fintech akan memperlancar dan memperluas transaksi ekonomi, meningkatkan intermediasi keuangan, dan pada gilirannya akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi," ujarnya dalam Bisnis Indonesia Financial Awards di The Westin Hotel Jakarta, Kamis (24/8/2023).

BACA JUGA: Jokowi dan Lurah yang 'Naik Kelas' jadi Raja

Kinerja Kokoh Industri Jasa Keuangan

Penetrasi digitalisasi dalam sektor industri jasa keuangan telah menjadi daya gedor baru bagi sektor industri jasa keuangan. Kehadiran digitalisasi telah mampu mengokohkan kinerja perusahaan-perusahaan di sektor tersebut.

Tak hanya perusahaan perbankan, inisiatif digitalisasi juga mendongkrak kinerja perusahaan di sektor nonbank.

Bisnis Indonesia pun turut menyoroti kinerja perusahaan-perusahaan di sektor perbankan dan nonbank dengan menobatkan sejumlah penghargaan dalam ajang Bisnis Indonesia Financial Award 2023 yang mengambil tema Digitalisasi Finansial: Inklusif dan Berkelanjutan.

Presiden Komisaris Bisnis Indonesia Group, Hariyadi Sukamdani menuturkan, dengan perkembangan fintech, industri keuangan pun bergerak dinamis. 
Perbankan mencoba menjadi jangkar dengan membuat ekosistem. Tidak hanya sektor keuangan yang dijangkau, bahkan masuk kepada sendi-sendi perekonomian berbasis teknologi.

Perkembangan digitalisasi finansial membuat sektor keuangan menjadi inklusif. Masyarakat dapat melakukan transaksi di tangan. Digitalisasi finansial pun diharapkan berkelanjutan, dengan menjaga kenyamanan dan keamanan nasabah.

"Dari sisi bisnis, digitalisasi finansial membuat bank lebih efisien sehingga melahirkan performa positif bagi korporasi. Pun masyarakat dapat merasakan manfaat dalam menggunakan layanan tersebut, seperti mengikis waktu dan biaya saat bertransaksi," ujar Hariyadi.

Kinerja ciamik ditunjukkan oleh PT Bank Central Asia Tbk. yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih mereka secara konsolidasi 34,07 persen secara tahunan menjadi Rp24,2 triliun pada semester I/2023 dibandingkan Rp18,05 triliun pada periode yang sama tahun lalu. 

Pertumbuhan laba bersih bank ini didorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) selama semester I/2023 yang naik 24,62 persen yoy menjadi Rp37,1 triliun, dari Rp29,77 triliun pada semester I/2022. 
Dengan begitu, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank pun naik 58 basis poin (bps) menjadi ke level 5,56 persen pada Juni 2023. Selain itu, pendapatan non bunga tumbuh 9,4 persen yoy menjadi Rp12,2 triliun, ditopang pendapatan berbasis komisi atau fee based income sebesar Rp8,61 triliun, naik 5,4 persen yoy. 

Pendapatan operasional pun menjadi Rp49,3 triliun, naik 20,5 persen yoy. Laba emiten bank berkode BBCA juga didorong oleh penyusutan biaya provisi 49,5 persen yoy menjadi Rp1,8 triliun. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) pun turun dari level 52,38 persen pada Juni 2022 menjadi 44,09 persen pada Juni 2023. 

Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.  Rasio profitabilitas BCA juga membaik. Rasio imbal balik ekuitas (return on equity/ROE) naik 462 basis poin (bps) menjadi 24,18. Lalu, rasio imbal balik aset (return on asset/ROA) bank naik 83 bps menjadi 3,66 persen.

Torehan itu menghantarkan BBCA untuk menyabet dua penghargaan sekaligus yakni The Most Performance Bank dan The Most Efficient Bank untuk kategori Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI 4 dalam gelaran Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2023.

Performa apik tidak hanya ditunjukkan oleh bank-bank dengan ukuran besar, tetapi juga oleh bank pembangunan daerah (BPD).

PT BPD Bali sukses menyabet predikat sebagai The Most Efficient Bank untuk BPD dengan kategori aset lebih dari Rp30 triliun dalam ajang Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2023.

Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali mencatatkan laba bersih selama enam bulan pertama 2023 mencapai Rp442,37 miliar. Laba ini tumbuh 23,75 persen secara tahunan dibandingkan dengan  periode yang sama tahun lalu sebesar Rp357,47 miliar. 

Sementara itu, dari sektor nonbank, PT Asuransi Allianz Life Indonesia meraih The Best Performance Insurance untuk kategori Asuransi Jiwa Aset di Atas Rp25 Triliun.

Allianz Life Indonesia mencatatkan total aset mencapai Rp41,19 triliun. Secara konsolidasi perusahaan membukukan laba setelah pajak senilai Rp635,55 miliar sepanjang 2022. Allianz Life Indonesia mengalami pertumbuhan laba mencapai 27,56 persen year-on-year (yoy) dibandingkan dengan 2021. Periode ini Allianz Life mencetak laba Rp498,22 miliar

Pada kategori yang lain, PT Asuransi Astra Buana atau Asuransi Astra meraih The Best Performance Insurance untuk kategori Asuransi Umum Aset di Atas Rp3 triliun.

Asuransi Astra membukukan pendapatan underwriting Rp3,7 triliun. Angka tersebut meningkat 17,8 persen  dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp3,1 triliun. Jumlah aset yang dimiliki perusahaan meningkat pada 2022 menjadi Rp16,6 triliun. Angka tersebut lebih tinggi 5,9 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni Rp15,7 triliun. 

Pada penghargaan perusahaan nonbank lainnya, PT Federal International Finance (FIF) memborong penghargaan sebagai The Best Performance Multifinance untuk kategori aset di atas Rp10 triliun dan anak usaha PT Astra International Tbk. (ASII) itu juga mengantongi penghargaan sebagai The Most Efficient Multifinance untuk kategori aset perusahaan pembiayaan di atas Rp10 triliun.

Sepanjang semester I/2023, FIF membukukan laba bersih senilai Rp1,9 triliun, naik 30,19 persen secara tahunan dari sebelumnya Rp1,5 triliun. Peningkatan laba perusahaan didorong dari capaian penghasilan pembiayaan konsumen yang tumbuh 3,90 persen yoy menjadi Rp4,46 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya bernilai Rp4,3 triliun.

Hariyadi berharap dengan adanya Bisnis Indonesia Financial Award 2023 dapat mendorong kemajuan industri finansial di Indonesia, serta memacu pertumbuhan ekonomi pascapandemi Covid-19. 

“Kami sampaikan selamat kepada perusahaan jasa keuangan yang menerima penghargaan, semoga menjadi penyemangat untuk berkarya dan menjalankan roda industri finansial,” ujarnya.

BACA JUGA: Tambal Sulam Transportasi Massal Jakarta, dari Mares hingga Jokowi

Tangan Dingin Maestro

Dibalik kinerja cemerlang perusahaan-perusahaan tersebut, gebrakan-gebrakan telah diambil dari tangan dingin para maestro.

Dalam penghargaan BIFA 2023, Bisnis Indonesia juga menganugerahi orang-orang di balik layar yang dinilai berkontribusi besar terhadap kinerja perseroan.

Direktur Utama PT Bank UOB Indonesia Hendra Gunawan menyabet penghargaan The Best CEO di industri perbankan dalam Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2023. 

Hendra pun mengapresiasi BIFA 2023. Dia mengatakan acara ini mampu mendorong para perusahaan di bidang keuangan beserta jajaran pengurusnya memacu kinerja. 

"Selain itu mampu meningkatkan pelayanan produk yang pada akhirnya membantu perkembangan industri finansial lebih baik lagi di Indonesia," tutur Hendra dalam acara BIFA 2023 pada Kamis (25/8/2023) di Jakarta.

Dibalik kinerja moncer BBCA, terdapat orang yang dinilai pengaruh besar yakni Wakil Presiden Direktur Bank Central Asia Gregory Hendra Lembong diganjar penghargaan The Best Chief Technology Officer CTO di industri perbankan dalam BIFA 2023.

Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Vera Eve Lim dinobatkan sebagai =The Best Chief Financial Officer (CFO) di industri perbankan.

Di bawah kepemimpinannya, BBCA menyatakan akan terus berkomitmen memberikan layanan terbaik di sisi digital, termasuk untuk anak perusahaan.

"Jadi, kita ingin fokusnya bagaimana memberikan fitur digital terbaik untuk semua layanan, mulai dari transfer, wealth management, hingga kredit. Saya percaya, dengan digital ini, akses kita ke nasabah lebih muda," ujarnya saat ditemui Bisnis usai acara BIFA 2023 di The Westin Jakarta, Kamis (24/8/2023). 

Selain itu, BIFA 2023 memberikan penghargaan kepada Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim sebagai Best CEO Multifinance.

Di bawah kepemimpinannya, BCA Finance mampu mengantongi laba bersih tahun berjalan senilai Rp1,94 triliun sepanjang 2022, meningkat 14,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari semula hanya mencetak Rp1,7 triliun.    

Total aset yang dimiliki BCA Finance meningkat 1,40 persen yoy, naik dari Rp8,37 triliun menjadi Rp8,49 triliun sepanjang 2022. Jumlah liabilitas yang ditanggung BCA Finance turun 7,20 persen yoy menjadi Rp2,1 triliun dari semula Rp2,27 triliun. Sedangkan total ekuitas tumbuh 4,6 persen yoy dari sebelumnya Rp6,1 triliun menjadi Rp6,38 triliun pada Desember 2022.

BACA JUGA: Judi Online di Pusaran Kaum Sulit Hingga Berduit

Penulis : Muhammad Ridwan, Pernita Hestin Untari, Arlina Laras, Fahmi A. Burhan
Editor : Muhammad Ridwan
Previous

Jokowi dan Lurah yang 'Naik Kelas' jadi Raja

Next

Yang Muda Yang Berinvestasi

back-to-top
To top