bisnis-logo

Stories

Sejarah Baru dari Indonesia-Africa Forum 2024

Pertemuan Indonesia-Africa Forum ke-2 menghasilkan sejarah baru dalam sejumlah kerja sama sehingga akan mempererat hubungan lintas benua.

12 September 2024

A+
A-

Hajatan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 yang digelar pada 1-3 September 2024 di Nusa Dua, Bali, berlangsung sukses. Ajang pertemuan yang sarat dengan sejarah itu kian mempererat hubungan lintas benua. Sejumlah komitmen ekonomi dan investasi pun dicapai dalam acara itu.

Secara historis, IAF adalah forum yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dengan negara Afrika. Forum tersebut menjadi wadah untuk kegiatan dialog politik, kerja sama ekonomi dan pertukaran budaya.

Hal ini dilandasi oleh hubungan Indonesia dengan negara-negara Afrika saat menggelar Konferensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka, Bandung, pada 1955. Bandung Spirit menjadi legacy penting mendobrak hegemoni Barat kala itu.

Beberapa negara di Asia dan Afrika memiliki visi yang sama, yaitu ingin melawan imperialisme dan kolonialisme. Sejak saat itu, ikatan persahabatan dan kerja sama antara Indonesia dan Afrika terus tumbuh dan berkembang.

Dari sisi ekonomi, investasi Indonesia ke Afrika terus meningkat. Total investasi Indonesia di negara Afrika mencapai US$2,09 miliar selama 5 tahun terakhir (2019 – kuartal II/2024).

Hubungan investasi itu pun resiprokal. Total investasi negara-negara Afrika di Indonesia mencapai US$1,73 miliar. Indonesia meningkatkan perjanjian investasi melalui Bilateral Investment Treaties (BIT) dengan negara-negara Afrika. 

Dalam pertemuan IAF kali ini, bakal memperkuat hubungan Indonesia-Afrika. Pasalnya, terdapat beberapa hal yang menjadi fokus utama pembahasan dalam forum ini. Mulai dari transformasi ekonomi, energi dan pertambangan, pangan, ketahanan kesehatan, serta kerja sama dalam pembangunan.

IAF Bukan Sekadar Kepentingan Ekonomi

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan kerja sama ekonomi Indonesia dan Afrika tidak hanya semata mengincar nilai ekonomi, tetapi juga menyasar pengembangan dan pemberdayaan.

 “Kerja sama pembangunan ini berwujud antara lain program capacity building, technical assistance, dan sebagainya yang intinya untuk bersifat pemberdayaan masyarakat,” ujarnya Retno dalam konferensi pers di sela-sela IAF Ke-2 dan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP), Senin (2/9/2024).

Dia menyampaikan capacity building yang selama ini banyak diminati ada di bidang kelapa sawit. Beberapa negara sudah menunjukkan keinginannya untuk bergabung dengan asosiasi negara-negara produsen sawit.

Selain itu, program capacity building lainnya yang diminati adalah di bidang kesehatan. “Jadi kita tidak hanya melakukan kerja sama ekonomi tetapi dalam waktu yang sama kita juga memberdayakan mereka, sekali lagi karena spiritnya adalah Selatan-Selatan, kita bersaudara, kita pertebal surat solidaritas kita, dan Selatan-Selatan menjadi juga semakin relevan di tengah situasi dunia saat ini,” jelas Retno.

Menteri Luar Negeri Retno L. P. Marsudi dalam acara Indonesia-Africa Forum ke-2 di Nusa Dua, Bali./Bisnis

Adapun, Presiden Joko Widodo dalam pidato pembukaan Pelaksanaan High Level Forum On Multi Stakeholders Partnership (HLF-MSP) dan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 memberikan sejumlah catatan penting.

Jokowi menekankan perlunya semua pihak bekerja sama untuk menciptakan perubahan positif di tengah berbagai tantangan, mulai dari perlambatan ekonomi, tingkat pengangguran dan inflasi yang belum membaik yang akhirnya menimbulkan banyak korban jiwa dan mengganggu rantai pasok global.

Dia menyebutkan bahwa diperlukan arah dan visi, hingga strategi baru demi mewujudkan pembangunan yang lebih adil dan inklusif bagi negara negara berkembang.

Pertama, pencapaian target SDG harus tetap menjadi fokus utama pembangunan global yang diselaraskan dengan prioritas pembangunan nasional dan regional termasuk agenda 2063 ke Afrika dan didukung kemitraan multi pihak.

Kedua, Indonesia berkomitmen menjadi bagian dari solusi global membela kepentingan global south sekaligus menjadi bridge builder dalam memperjuangkan kesetaraan keadilan dan solidaritas dalam mempercepat pencapaian SDG.

“Ini adalah komitmen yang konsisten Indonesia usung sejak konferensi Asia Afrika 69 tahun yang lalu,” ucapnya, Senin (2/9/2024).

Ketiga, Indonesia siap bermitra dengan siapa pun utamanya dengan kawasan afrika sebagai kunci agenda pembangunan global. Menurutnya, hasil kemitraan Indonesia Afrika sejauh ini sangat nyata membawa peningkatan pesat volume perdagangan dan berbagai kesepakatan perjanjian perdagangan.

Bahkan, kata dia, Indonesia-Africa Forum tahun ini telah mencatat kesepakatan bisnis yang nilainya mencapai US$3,5 miliar, hampir enam kali lipat dari IAF pertama pada 2018.

Keempat, solidaritas global perlu dihidupkan kembali untuk meningkatkan kerja sama selatan selatan untuk meningkatkan kerja sama utara selatan sehingga dapat saling melengkapi dapat saling bahu-membahu dalam mengatasi tantangan tantangan global.

Presiden Joko Widodo (ketiga dari kiri) bersama presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto (keempat dari kiri) saat menghadiri acara Indonesia-Africa Forum ke-2 di Nusa Dua, Bali./Bisnis

Kesepakatan Bisnis di IAF

Perhelatan IAF mencatatkan sejumlah capaian penting. Mulai dari penandatanganan 4 kesepakatan bisnis di sektor industri strategis, 9 sektor bisnis kesehatan dan 6 sektor bisnis energi baru terbarukan (EBT).

Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Mansury melaporkan realisasi nilai kesepakatan bisnis antara Indonesia dan Afrika hingga akhir IAF mencapai US$2,95 miliar atau setara dengan Rp45,83 triliun (asumsi kurs Rp15.538 per dolar AS). 

Pahala optimistis kesepakatan bisnis dengan negara-negara Afrika dapat mencapai US$3,5 miliar hingga akhir September 2024. Pasalnya masih ada beberapa peluang tambahan yang telah dijajaki.

“Kita optimis mencapai target untuk bisa memiliki perjanjian di sektor bisnis atau B2B agreement dengan negara-negara di Afrika itu bisa menembus angka US$3,5 miliar atau Rp55 triliun rupiah,” ujarnya di sela-sela agenda IAF, Selasa (3/9/2024).

Pencapaian capaian ini sebagian berasal kesepakatan-kesepakatan lain yang telah difinalisasi dalam 1-3 pekan sebelum forum IAF digelar.

Indonesia telah menandatangani perjanjian terkait dengan pengembangan fasilitas pupuk, termasuk optimalisasi penggunaan suplai gas menjadi pupuk dan amonia. Selain itu, ada kesepakatan untuk mengoptimalisasi untuk kegiatan upstream di sektor minyak dan gas, khususnya di Blok Buzi, Mozambik, Afrika. 

Pahala menyebutkan bahwa nilai kesepakatan bisnis saat ini telah mencakup kerja sama di berbagai sektor seperti kesehatan, energi, pangan, hingga industri pertahanan dan pembangunan infrastruktur. 

Secara terperinci, nilai investasi dari sektor kesehatan khususnya vaksin dan obat-obatan senilai US$94,2 juta, sektor energi yang mencakup eksplorasi gas dan pembangunan infrastruktur listrik sebesar US$1,4 miliar.  

"Di sektor pangan khususnya untuk produksi pupuk diperoleh kesepakatan bisnis senilai US$1,2 miliar dan di sektor industri strategis termasuk pertahanan dan pembangunan infrastruktur kita memperoleh kesepakatan bisnis sebesar US$235 juta," ujarnya. 

Pahala menekankan bahwa kesepakatan bisnis ini sifatnya masih potensial. Namun, pemerintah akan terus mendorong berbagai prospek bisnis yang belum disepakati, tetapi cukup 'matang' untuk dikejar dalam beberapa waktu mendatang.  

"Kita berharap semua hal yang kita capai dalam IAF yang kedua ini dapat ditindaklanjuti dan membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat Afrika, sehingga betul-betul merupakan bentuk daripada kerja sama yang win-win sesuai dengan semangat Bandung," jelasnya. 

Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury dalam acara Indonesia-Africa Forum./Bisnis

Selain ajang pertemua bisnis, IAF 2024 juga menjadi kesempatan pemerintah Indonesia melakukan pertemuan bilateral. Menlu Retno mengatakan telah melakukan pertemuan bilateral dengan menteri negara Afrika selama gelaran, salah satunya dengan Menlu Eswatini Pholila Shakantu.

Dalam pertemuan bilateral itu, kedua Menlu menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) mengenai bebas visa untuk pemegang paspor diplomatik dan dinas. ”MoU ini akan mendorong peningkatan saling kunjung pejabat kedua negara,” jelas Menlu Retno dalam konferensi pers IAF Ke-2 dan HLF MSP, Senin (2/9/2024).

Selain menandatangani MoU dengan Eswatini, Menlu Retno juga mengadakan pertemuan dengan Mensesneg Angola Adao de Almeida dan membahas kerja sama ekonomi, agro industri dan perikanan.

Dalam pertemuan ini kedua menteri mengadakan pembicaraan untuk membuka kedutaan besar ”Dan Angola juga sedang dalam proses untuk membuka kedutaan besarnya di Jakarta.,” jelasnya.

Kemlu juga tengah membahas perjanjian pembebasan visa ke Afrika Selatan untuk para pemegang paspor hijau yang pada digunakan oleh Warga Negara Indonesia (WNI). Pahala Mansury mengatakan dengan kemudahan akses perjalanan diharapkan dapat meningkatkan kontak antara pelaku bisnis Indonesia dan negara di Afrika, terutama Afrika Selatan. 

Pertamina Kian Ekspansif ke Afrika

PT Pertamina (Persero) menjadi salah satu nasional yang ekspansif melakukan investasi di Afrika. Pada acara Indonesia-Africa Forum ke-2 di Bali, perusahaan pelat merah itu menjalin sejumlah kesepakatan dengan entitas sejumlah negara di Afrika.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan bahwa perseroan terus menggali peluang kerja sama dengan negara-negara Afrika, salah satunya terkait dengan bisnis minyak dan gas bumi.

Salah satu contohnya, Pertamina melihat ada peluang untuk melakukan ekspor minyak solar ke Afrika. Sejak April 2019, Pertamina sudah tidak lagi mengimpor minyak solar seiring meningkatnya pemanfaatan biodiesel di dalam negeri.

Dengan adanya rencana pemerintah untuk terus meningkatkan kadar campuran biodiesel ke solar dari saat ini sebesar 35% (B35) menjadi 50% (B50) atau bahkan 60% (B60), produksi solar Pertamina berpotensi berlebih ke depan.

Kelebihan produksi solar dari kilang Pertamina yang tak bisa terserap dalam negeri tersebut berpotensi untuk diekspor ke Afrika.

"Dengan demikian kami punya kapasitas berlebih dari solar ini, di mana mereka sendiri kan memerlukan itu yang selama ini mereka pun masih impor. Ini potensi trading bagi kita untuk melakukan penjualan ke sana," ujar Nicke saat diwawancara Tim Bisnis di sela agenda Indonesia Africa-Forum (IAF) 2024 di Bali, Senin (2/9/2024).

Di sisi lain, Pertamina memiliki kepentingan untuk mengamankan pasokan energi di dalam negeri. Pertamina pun tengah pengembangan blok-blok minyak, baik produksi maupun eksplorasi, di sejumlah negara Afrika.

Pengembangan aset-aset luar negeri ini diharapkan dapat menambah produksi minyak mentah perseroan untuk memenuhi kebutuhan di Tanah Air.

"Kita masih juga impor kan kalau untuk crude [minyak mentah]. Dengan kami melakukan pengembangan blok-blok di Afrika, itu [minyak mentah] bisa kita bawa pulang. Jadi bring the barrel home, seperti halnya yang kami lakukan selama ini di Aljazair dan Venezuela," kata Nicke.

Pertamina telah melakukan ekspansi ke Afrika sejak 2013. Di sektor hulu migas, Pertamina telah memiliki jejak di Aljazair, Gabon, Nigeria, Angola, Namibia, dan Tanzania.

Berikut ini beberapa kesepakatan Pertamina dalam acara IAF:

  • PT Pertamina Training & Consulting (PTC) dengan Petrofound Namibia yang akan dilakukan Integrated Drilling Training Center (IDTC), Indonesia untuk capacity building.
  • PT Pertamina (Persero) lewat anak usaha PT PIEP bersama Maurel & Prom S.A (M&P) Tanzania mendapatkan redistribusi 60% saham Wentworth Resources di Blok gas Mnazi Bay.
  • PT Pertamina New & Renewable Energy (NRE) dengan Guma Africa Group Limited pengembangan gas untuk pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) di Afrika Selatan.
  • PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) dengan Geothermal Development Company (GDC), Kenya, pengembangan lapangan panas bumi Suswa di Narok.
Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Previous

Nasib Getir Subkontraktor BUMN Karya

back-to-top
To top