Stories
Kalangan pengusaha kini secara terbuka terjun dalam dunia politik. Kontras dengan situasi Orde Baru, Era Reformasi membuka relasi kuasa taipan dengan politisi.
31 Oktober 2023
Era Orde Baru para pengusaha cenderung malu-malu untuk tampil di depan layar politik. Pada Era Reformasi mengubah lanskap tersebut.
Sejumlah konglomerat dan para pengusaha kini secara terang-terangan terjun langsung ke dunia politik. Dalam kontestasi pemilihan presiden (pilpres) 2024 misalnya, sejumlah nama pengusaha tercatat menjadi mesin politik dalam pemenangan pasangan calon (paslon) capres dan cawapres.
Dalam beberapa dekade terakhir, kalangan pengusaha dan konglomerat ramai-ramai hijrah ke dunia politik. Sebut saja Sandiaga Uno, Erick Thohir, Abu Rizal Bakrie, Rachmat Gobel, Surya Paloh, hingga Joko Widodo (Jokowi) yang dulunya berlatar belakang sebagai pengusaha.
Sedikit mundur pada Pilpres 2019, kemenangan Jokowi untuk menjadi RI-1 pada periode keduanya tidak terlepas dari andil bos dari klub Inter Milan, Erick Thohir yang saat itu didapuk sebagai ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin.
Kesuksesan tim pemenangan dari kalangan pengusaha bagi paslon capres dan cawapres kembali dilakukan pada Pilpres 2024. Kali ini, 2 dari 3 paslon telah memilih pengusaha sebagai tim pemenangnya.
Selain itu, sejumlah nama konglomerat dan pengusaha muncul di barisan pemenangan, baik dari partai politik (parpol) atau perseorangan.
Pasangan calon Ganjar Pranowo dan Mahfud MD telah memilih Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid sebagai Ketua Tim Pemenangan Nasional.
Sementara itu, mantan Ketua Kadin era 2015-2020, Rosan Roslani didapuk sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional Indonesia Maju untuk paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Dari kubu Anies Baswedan dengan Muhaimin Iskandar, hingga tulisan ini diturunkan belum ada deklarasi komandan pemenangan. Nama mantan Menteri Perdagangan Tom Lembong dan mantan Menter Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sempat ditimbang sebagai ketua pemenangan, tetapi kabar tersebut masih samar.
Nama-nama pengusaha yang terjun dalam dunia politik juga tercatat pada masing-masing parpol pengusung paslon capres dan cawapres.
Sebut saja Airlangga Hartarto yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian merupakan Ketua Umum Partai Golongan Karya hingga Surya Paloh yang memiliki bisnis media berkecimpung di politik dengan menjadi Ketua Umum Partai Nasional Demokrat.
Ada juga nama pemilik konglomerasi MNC Group, Hary Tanoesoedibjo yang juga banting setir ke dunia politik dengan menjadi Ketua Umum Partai Pesatuan Indonesia.
Selain itu, masih banyak nama-nama kalangan pengusaha dan konglomerat yang berada di kubu capres-cawapres, seperti adik dari Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo hingga Oesman Sapta Odang.
Dalam pesta demokrasi lima tahunan, bukan menjadi rahasia lagi apabila ongkos politik untuk menjadi penguasa di negeri ini membutuhkan sokongan dana yang besar.
Hal itu telah menimbulkan simbiosis mutualisme antara si pengusaha yang memegang 'peluru' dengan para politisi yang memiliki jalan untuk menuju bangku kekuasaan.
Dalam riset tentang Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi: Fenomena Rent Seeker Pengusaha jadi Penguasa oleh Dosen Fisip Universitas Udayana, Muhammad Ali Azhar disebutkan pada masa Orde Baru, peran pengusaha hanya sebatas supporting system belaka.
Dalam tulisannya, disebutkan bahwa keterlibatan pengusaha dalam politik tidak selalu berdampak negatif. Namun, pada pengalaman empirik di negara-negara berkembang, praktik tersebut memiliki potensi besar terhadap perilaku koruptif.
Riset yang dilakukan Yoshihara Kunio pada 1990, Richard Hefner 1998, serta Robinson dan Hadiz pada 2004 mengonfirmasi keadaan tersebut.
Besarnya komposisi sumbangan pengusaha dapat dipandang sebagai besarnya kepentingan bisnis dalam mempengaruhi kebijakan partai politik. Transaksi antara pengusaha dan politikus lumrahnya terjadi pada saat hajat pemilu dimulai.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan praktik perselingkuhan antara ekonomi dan politik menjadi sebuah fenomena yang rumit dalam penerapan demokrasi di negeri ini.
Menurutnya, tidak dapat dipungkiri bahwa para politisi membutuhkan logistik pembiayaan dalam proses pemilihan, sedangkan para pengusaha membutuhkan sebuah kepastian dalam mendapatkan sebuah perizinan.
Untuk itu, fenomena tersebut menjadi sarat akan kepentingan politik dalam pembuatan setiap kebijakan.
"Bicara politik itu bicara apa dapat apa, bagaimana dan gimana dan tidak ada free lunch, jadi semuanya ada kepentingan, persamaan kepentingan itu kalau tidak untuk kepentingan rakyat itu yang repot," katanya kepada Bisnis, Senin (30/10/2023).
Dalam Pilpres 2024, keterlibatan para pengusaha menjadi santer terlihat ketika para paslon capres dan cawapres memilih para konglomerat sebagai mesin politiknya.
Pemilihan sosok pebisnis dalam pemenangan paslon capres dan cawapres bukan hal baru yang dilakukan pada Pilpres 2024. Pada pemenangan paslon Jokowi-Ma'ruf Amin, mantan bos klub sepak bola Intermilan, Erick Thohir memimpin Tim Kampanye Nasional.
Erick Thohir berhasil membawa kemenangan pasangan Jokowi-Ma'ruf untuk menduduki kursi RI 1 dan RI 2 saat ini.
Kesuksesan pengusaha untuk menjadi motor mendulang suara dalam pilpres kembali diulang. Kali ini, paslon Ganjar Pranowo dan Mahfud MD mendapuk Arsjad Rasjid sebagai ketua Tim Pemenangan Nasional.
Arsjad bukan merupakan pengusaha kaleng-kaleng. Ketua Kamar Dagang dan Industri periode 2021-2026 itu merupakan bos dari PT Indika Energy Tbk., perusahaan energi yang memiliki aset US$3,64 miliar atau setara dengan Rp54,68 triliun per kuartal I/2023.
Dukungan para pengusaha pada paslon Ganjar-Mahfud tidak terhenti di Arsjad Rasjid. Pasangan itu didukung oleh partai koaliasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mendukung pemenangan Ganjar-Mahfud pada Pilpres 2024.
Ganjar-Mahfud didukung oleh Partai Hanura yang dipimpin oleh Oesman Sapta Odang, pemilik dari OSO Group, sebuah perusahaan induk yang memiliki 13 unit bisnis di 6 sektor yakni properti, jasa keuangan, transportasi, pertambangan, industri, dan agrobisnis.
Selain itu, Ganjar-Mahfud juga mendapat sokongan dari Partai Perindo yang diketuai oleh konglomerat pemilik MNC Group, Hary Tanoesoedibjo.
Hary Tanoe merupakan orang terkaya urutan ke 39 versi Forbes di Tanah Air pada 2022. Gurita bisnisnya di sektor media dan properti telah menghasilkan kekayaan US$1,09 miliar atau setara dengan Rp16,35 triliun.
Bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terdapat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Sandiaga Uno. Dia digadang-gadang menjadi menteri paling tajir dalam Kabinet Indonesia Maju.
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggaran Negara (LHKPN), kekayaan Sandiaga Uno mencapai Rp10,6 triliun.
Sandiaga yang pernah maju sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2019, tercatat memiliki bisnis PT Saratoga Investama yang didirikan bersama dengan William Soeryadjaya.
Sementara itu, di dalam partai pengusung utama Ganjar-Mahfud, terdapat Hapsoro 'Happy' Sukmonohadi yang merupakan suami dari Ketua DPP PDIP Puan Maharani.
Happy Hapsoro diketahui memiliki bisnis melalui PT Basis Utama Prima, perusahaan investasi yang lebih dikenal dengan nama Basis Investment.
Perusahaan holding itu memiliki banyak lini bisnis mulai dari pertambangan, properti, hingga energi.
Di kubu sebelah, ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran dipercayakan kepada pengusaha Rosan Roeslani, mantan Ketua Kadin periode 2015-2020.
Rosan merupakan pebisnis yang telah malang melintang. Dia tercatat pernah menduduki posisi Presiden Komisaris dan Komisaris Independen PT Bumi Resources Tbk, serta pendiri dan Presiden Direktur PT Recapital Advisors.
Mesin politik dari paslon Prabowo-Gibran juga diisi oleh sejumlah pengusaha dan konglomerat seperti Aburizal Bakrie pemilik konglomerasi Bakrie Group.
Ketua Umum Partai Golkar yang mengusung paslon Prabowo-Ganjar yakni Airlangga Hartarto juga merupakan seorang pengusaha. Namanya pernah tercatat diberbagai perusahaan seperti PT Fajar Surya Wisesa Tbk., PT Ciptadana Sekuritas, PT Bisma Narendra, dan PT Sorini Corporation Tbk.
Selain itu, Prabowo juga didikung oleh adiknya, Hashim Djojohadi yang termasuk 50 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan US$685 juta atau setara dengan Rp10,27 triliun pada 2022.
Hashim memiliki bisnis Arsari Group yang bergerak pada bisnis CPO, kertas, tambang, dan jasa pengiriman.
Prabowo juga memiliki kedekatan dengan Maher Algadri, seorang pengusaha Kongsi Delapan (Kodel) Group. Perusahaan yang didirikan pada 1978 oleh 8 orang pengusaha kawakan bergerak diberbagai sektor bisnis seperti perdagangan afiliasi, perbankan, perminyakan, perhotelan, dan manajemen properti.
Partai Gerindra juga memiliki sosok pengusaha, Wahyu Sakti Trenggono yang terkenal sebagai pengusaha telekomunikasi. Dia mendirikan perusahaan Indonesia Tower.
Dukungan pengusaha dengan paslon capres dan cawapres juga ditunjukkan pada pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Pada kubu ini, dukungan pengusaha tecermin pada partai pengusung paslon tersebut, yakni Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasional Demokrat. Pada 2018, harta bos media itu mencapai Rp8,7 triliun.
Partai Nasdem juga memiliki sejumlah pengusaha seperti Rachmat Gobel pemilik kongsi Gobel, grup bisnis yang bergerak di elektronik, kimia, transportasi dan logistik, makanan, properti dan periklanan.
Ada pula Ahmad Sahroni yang memiliki julukan crazy rich Tanjung Priok. Tahun lalu harta kekayaannya mencapai Rp227 miliar. Dia berbisnis di sektor energi dan properti.
Dukungan Anies-Cak Imin juga diberikan oleh Jusuf Kalla, pemilik dari Kalla Group yang bergerak di bidang perdagangan, transportasi, infrastruktur, properti, manufaktur, energi hingga pendidikan.
Balada Hunian Milenial, Kala Rumah Tengah Kota Sebatas Impian
Mengintip Hasil Karya Anak dan Menantu Jokowi