Company
Indosat resmikan AI Center di Jayapura untuk dorong pemerataan digital, latih talenta lokal, dan buka akses teknologi bagi masyarakat Papua
03 Juni 2025
Bisnis, JAYAPURA— PT Indosat Tbk. membuat terobosan dengan menghadirkan pusat kecerdasan buatan (artificial intelligence/IA) di ujung timur Indonesia, Jayapura, Papua. Atas dasar mendapatkan peluang yang sama, daerah yang masih terbatas akses beberapa lini itu diharapkan mampu bertumbuh dan berkembang seperti wilayah lainnya.
Wajah Lenorosvilena tampak semringah mengikuti ajang lokakarya atau workshop yang bertajuk “Kitorang Bisa AI” di AI Experience Center (AIEC) milik Indosat di Jayapura, Papua, pekan lalu.
Lena, begitu biasa disapa, mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen) itu antusias mengikuti workshop yang terdiri dari dua sesi. Pertama, mengenai tema “Pentingnya Kecerdasan di Era AI dengan pembicara Daniel Tumiwa, Vice President of Wadhwani Foundation and Country Director for Wadhwani Skilling Network in Indonesia.
Kedua, bertema “Level Up with AI: Skill Baru, Peluang Baru” dengan pembicara Brillian Fairiandi, AI Visual Creator.
“Sangat bagus [workshop] AI ini, karena membantu untuk perkuliahan, dan juga untuk membantu masyarakat yang kebingungan untuk mencari lokasi, misal titik lokasi untuk mancing [ikan],” ujarnya kepada Bisnis.
Begitu juga dengan Yonath. Dia merasa dengan adanya lokakarya AI itu membantu mahasiswa dalam membuat bahan presentasi tugas kuliah.
“Seperti sekarang kita kan sudah banyak presentasi. Jadi kita bisa pakai AI untuk mencari materi dan menjelaskan secara jelas untuk teman-teman kita,” kata Yonath yang juga mahasiswa Uncen.
Faisal, mahasiswa Uncen, pun mengapreasiasi kehadiran AI Center di pusat kota Jayapura. “Dengan adanya ini sangat baik, dengan adanya tempat begini, kita sebagai mahasiswa yang kita belum tahu kedepannya akan ada terkembang teknologi seperti apa jadi tahu.”
Workshop digelar Bisnis Indonesia dan Indosat itu bersamaan dengan peresmian AIEC yang dilakukan oleh Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria serta di dampingi oleh Presiden Direktur sekaligus CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha.
Selain itu hadir Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Yohanes Walilo, Chief Executive Officer Huawei Indonesia Guo Hailong, dan Rektor Uncen Oscar Oswald O. Wambrauw.
Lokarya yang dihadiri ratusan peserta, baik mahasiswa dan masyarakat umum Papua itu, sebagai bagian dari literasi digital pengenalan teknologi kecerdasan buatan untuk memanfaatkan AI Center.
Emiten berkode saham ISAT itu berkomitmen untuk mendorong pemerataan transformasi digital dan penguatan talenta AI di Indonesia, khususnya di kawasan Timur yang selama ini memiliki akses terbatas terhadap teknologi mutakhir.
AIEC Papua menjadi fasilitas pusat AI ketiga Indosat setelah Jakarta dan Solo, dibangun melalui kolaborasi dengan mitra global seperti Huawei dan Wadhwani Foundation.
AI Center ini menyediakan berbagai contoh kasus pemanfaatan kecerdasan buatan, pelatihan dasar hingga lanjutan, serta uji coba penggunaan teknologi tersebut.
Masyarakat luas, pelajar, hingga aparatur sipil negara dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk meningkatkan literasi dan keterampilan digital, membuka peluang baru, dan meningkatkan produktivitas.
Presiden Direktur dan CEO Indosat, Vikram Sinha, menegaskan bahwa kehadiran AIEC di Papua merupakan langkah nyata sehingga manfaat AI tidak hanya dirasakan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Medan, tetapi juga Jayapura, Papua.
“Kami ingin memastikan bahwa Jayapura memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan manfaat dari AI,” ujar Vikram dalam sambutannya, Rabu (21/5)
Indosat menegaskan komitmen investasi tidak hanya pada teknologi 5G, tetapi juga pada integrasi AI dan 5G untuk memberikan dampak signifikan di bidang kesehatan dan pendidikan.
Vikram menyoroti bahwa AI telah terbukti membawa perubahan besar di sektor kesehatan global hingga pendidikan. Di bidang pendidikan, AI membuka peluang pembelajaran personal dan akses yang lebih merata.
Dia berharap keberadaan AI Center itu mampu mendorong generasi muda Papua untuk memanfaatkan teknologi tersebut. Pasalnya, AI saat ini semakin mudah dipelajari dan diakses—bahkan bisa menjadi sumber belajar mandiri bagi siapa pun.
AIEC Papua didukung oleh GPU Merdeka, infrastruktur AI yang dibangun dan dikelola oleh talenta lokal Indonesia untuk kepentingan nasional.
Indosat juga terus memperkuat ekosistem AI nasional melalui pengembangan Sahabat-AI, open-source Large Language Model (LLM) untuk Bahasa Indonesia dan bahasa daerah, demi memperkuat kedaulatan digital dan inklusivitas teknologi di Tanah Air.
“AI Experience Center menjadi pusat pelatihan talenta AI, membawa praktik terbaik dunia ke Indonesia dan memperkenalkan teknologi tercanggih ke masyarakat luas,” kata Vikram.
Dia pun menegaskan komitmen Indosat untuk berinvestasi pada sumber daya manusia di Papua, dengan memberikan pelatihan bersama mitra strategis seperti Huawei dan Wadhwani Foundation.
“Kami akan memastikan bahwa kami menciptakan dampak pada skala besar. Ini adalah awal yang baik untuk Jayapura dan ini adalah kunjungan kedua saya dan saya telah berjanji bahwa tahun ini saya akan datang setidaknya dua kali lagi,” kata Vikram.
Wamen Komdigi Nezar Patria menyampaikan kehadiran AI Center menjadi bukti nyata komitmen negara dalam mendorong pemerataan pemahaman AI di Indonesia, utamanya wilayah timur.
“Ini adalah sebuah tonggak penting dalam perjalanan kita menuju Indonesia yang lebih digital dan lebih inklusif,” kata Nezar dalam sambutannya pada acara Kitorang Bisa AI, Rabu (21/5).
Nezar mengungkap bahwa Indonesia telah menyelesaikan Readiness Assessment Methodology (RAM) untuk teknologi AI dari UNESCO pada tahun lalu. Setidaknya ada tiga hal yang menjadi catatan dari hasil itu.
Pertama, infrastruktur digital Indonesia belum merata. Kedua, soal digital gap, dan terakhir, penguatan penelitian dan pengembangan terkait AI. Nezar mengaku bahwa catatan dari UNESCO itu sangat berguna bagi pemerintah dalam melakukan sejumlah langkah strategis untuk mengatasi persoalan tersebut.
“Pemerintah mencoba mengatasi problem yang disebutkan tadi. Itu sesungguhnya landskap konektivitas kita tidaklah terlalu buruk,” ungkapnya.
Dia memaparkan, saat ini konektivitas Indonesia telah mencapai 79,5% dari total 287 juta penduduk yang ada. Menurutnya, penetrasi internet sebesar itu turut didukung oleh cakupan konektivitas yang sudah mencapai lebih dari 95% wilayah yang dihuni di Indonesia, meski masih ada perbedaan dalam hal kapasitas kecepatan dan lainnya.
Oleh sebab itu, dia berharap hadirnya AI Center dapat menjadi katalisator bagi lahirnya talenta-talenta digital baru di Papua. Hal itu, sambungnya, menjadi penting mengingat Papua memiliki sumber daya alam yang melimpah.
“Semangat Kitorang Bisa AI yang kita usung hari ini adalah semangat untuk memberdayakan masyarakat Papua agar menjadi bagian aktif dari revolusi kecerdasan buatan,” tuturnya.
Tidak hanya respons positif dari mahasiswa, Dekan Fakultas Kedokteran Uncen Inneke Viviane Sumolang mengatakan dengan adanya AI Center, terutama bagi sektor kesehatan dapat membantu diagnosis masyarakat Papua.
“Apalagi fasilitas kesehatan dan tenaga di sini kan terbatas, dengan adanya AI Center dapat membantu melayani masyarakat dengan cepat, tetapi tetap dipandu dari tenaga kesehatan,” ujarnya.
Dua Sisi Soeharto: Pahlawan atau Tiran?