bisnis-logo

Company

Liberalisasi Sektor Otomotif, Perang Diler Pabrikan China

Keberadaan diler asing dikhawatirkan akan menggilas pemain lokal karena sejumlah privilese yang didapatkan.

11 Maret 2025

A+
A-

INVESTASI diler mobil asing di Indonesia bak pedang bermata dua. Di satu sisi memberikan kemudahan bagi calon konsumen, di sisi lain menimbulkan ancaman bagi diler lokal.

Sebut saja BYD atau Build Your Dreams, jenama otomotif asal China itu kini merajai pasar mobil listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia, seturut dengan kejayaannya di pasar dunia.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan BYD (wholesales) alias dari pabrik ke diler tembus 16.543 unit, sejak perdana masuk pasar RI pada Juni 2024 hingga Januari 2025.

Moncernya penjualan BYD itu tak lepas dari peranan jejaring diler BYD. Untuk melebarkan sayap bisnis di Tanah Air, BYD berencana membangun setidaknya 80 diler mobil hingga akhir 2025.

Head of Marketing, PR & Government BYD Indonesia Luther T. Panjaitan mengatakan, per Februari 2025 jumlah diler BYD sudah ada 40 diler dan akan terus bertambah.

“Sampai akhir tahun 2025 target kami bangun 80 diler. Sejauh ini sudah ada 40 diler di 21 kota, memang saat ini kami fokuskan dulu di daerah-daerah yang infrastrukturnya sudah cukup memadai,” ujar Luther saat ditemui Bisnis di IIMS 2025, dikutip Senin (17/2/2025).

Mengacu laman resmi BYD, pada 2023, Harmony Auto bermitra dengan BYD, memimpin penjualan kendaraan listrik, dan mengoperasikan gerai penjualan serta servis BYD di berbagai kawasan Asia-Pasifik, termasuk Indonesia, Hong Kong, Australia, hingga Jepang, dengan rencana ekspansi lebih luas.

Kendati demikian Luther mengatakan, BYD Indonesia memastikan bahwa komposisi empat jaringan diler diupayakan setara (equal), agar persaingan sehat tetap terjaga antara mitra distributor lokal dengan Harmony Auto asal China.

“Kan kami dalam perencanaan itu jangka panjang. Itu kami usahakan se-equal mungkin ya semuanya, supaya tetap healthy competition,” jelas Luther.

Dia pun menampik bahwa diler BYD Harmony Auto di Indonesia 100% dimiliki oleh perusahaan China. Menurutnya, perseroan tetap menggandeng mitra distributor lokal.

“Tidak [100% dari China], itu kan ada yang lokal distributornya juga,” pungkas Luther.

Adapun, beberapa cabang diler BYD yang dipegang oleh Harmony Auto di Jakarta yakni BYD Harmony Sudirman, BYD Harmony Cilandak, BYD Harmony Slipi dan BYD Harmony Kuningan. Selain itu, ada juga BYD Harmony Ngurah Rai di Denpasar, Bali.

Privilese Diler Asing

Berdasarkan penelusuran Bisnis di salah satu diler BYD Harmony di Jakarta, diler yang dipegang oleh Harmony Auto asal China tersebut seolah memiliki 'privilese' tersendiri, yakni proses inden kendaraan yang lebih cepat dibandingkan dengan mitra distributor lokal.

“Di Indonesia kan ada empat PT, ada kami, Harmony, ada Arista, Haka dan Bipo. Jadi kalau konsumen butuh stok unit cepat, otomatis di Harmony, karena di China-nya langsung kan dilernya cuma ada satu merek, Harmony Auto,” ujar salah satu tenaga penjual BYD Harmony saat ditemui Bisnis.

Lebih lanjut dia mengatakan, jika jaringan diler lokal lainnya menjanjikan proses inden kendaraan selama 2-3 bulan, maka BYD Harmony Auto menyanggupi inden hanya 1-2 bulan saja.

Tenaga penjual BYD Harmony Auto itu pun mengakui bahwa ada semacam ketidaksetaraan antardiler BYD, terutama mitra lokal dengan Harmony, lantaran proses inden yang lebih cepat sehingga berpotensi menarik konsumen.

“Kami kan juga punya grup antardiler, yang lain itu pada bilang ‘Harmony gila ya ngasih unitnya cepat banget’. Karena kami yang punya mereknya di China, jadi yang diprioritaskan jika ada inden ya kami dulu,” jelasnya.

Tak hanya soal proses inden kendaraan yang lebih cepat, fasilitas lain yang membuat diler BYD Harmony lebih unggul dibandingkan mitra distributor lokal lainnya yakni layanan purnajual (aftersales services), salah satunya yaitu gratis pengecasan mobil listrik BYD.

Hal itu kontras dengan beberapa diler BYD lainnya yang masih memungut biaya kepada konsumen saat mengisi ulang daya listrik kendaraan. Biaya tersebut dihitung dari kilowatt per jam (kWh).

"Untuk pengecasan berbayar per kWh-nya Rp2.400. Jadi kalau konsumen ngecas sampai full itu biayanya Rp196.800," ujar salah satu tenaga penjual BYD Arista kepada Bisnis.

Alhasil, dengan gimmick penjualan yang ditawarkan kepada konsumen lebih menggiurkan. Konsumen pun akan lebih condong ke BYD Harmony, menggeser pilihan ke diler lokal lainnya.

Sejatinya, sah-sah saja bahwa Harmony Auto asal China memegang kendali penuh atas operasional diler BYD Indonesia. Sebab, hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 24 Tahun 2021.

Pada Pasal 3 Ayat (1) huruf c beleid tersebut, dijelaskan bahwa penunjukan distributor, distributor tunggal, agen, atau agen tunggal dapat dilakukan oleh perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang bergerak di bidang perdagangan sebagai distributor.

Namun, pada Pasal 4 ayat 1, dijelaskan bahwa dalam melaksanakan kegiatan usaha perdagangan, perusahaan penanaman modal asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c harus menunjuk perusahaan penanaman modal dalam negeri sebagai distributor, distributor tunggal, agen, atau agen tunggal.

Untuk perkara ini, Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Septo Soepriyatno menjelaskan bahwa perusahaan dengan penanaman modal asing (PMA) perlu menunjuk mitra distributor lokal atau perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Indonesia. Hal itu hukumnya wajib.

"Setiap perusahaan PMA yang bertindak sebagai distributor harus menunjuk perusahaan PMDN sebagai distributor ataupun agen dalam melakukan kegiatan usaha perdagangan di Indonesia. Distributor atau Agen PMDN yang mendistribusikan barang kepada pengecer," ujar Septo kepada Bisnis, Selasa (18/2/2025).

Lebih lanjut, dia mengatakan diler yang melakukan kegiatan usaha perdagangan eceran dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 45 yang dapat menjual langsung ke konsumen akhir.

Perlu diketahui, KBLI 45103 menjelaskan bahwa kelompok ini mencakup usaha penjualan eceran mobil baru, termasuk mobil khusus (seperti ambulans, karavan, mikrobus, pemadam kebakaran, dan sebagainya), lori, trailer, semi-trailer dan berbagai kendaraan pengangkut bermotor lainnya.

Sebaliknya, dia juga mengatakan bahwa tidak ada beleid khusus yang mengatur perdagangan eceran mobil, sehingga terbuka bagi perusahaan PMA membuka diler mobil di Indonesia.

"Sesuai dengan Perpres 10/2021 juncto Perpres 49/2021, tidak ada pengaturan khusus mengenai KBLI 45103 atau perdagangan eceran mobil sehingga kegiatan usaha tersebut terbuka untuk PMA," jelasnya.

Meski demikian, Septo mengatakan penyelenggaraan investasi oleh PMA diselenggarakan mengacu pada ketentuan Pasal 189 PP 5/2021 dan Pasal 7 Perpres 10/2021, yaitu minimum investasi Rp10 miliar per lokasi proyek.

Kepemilikan Saham BYD Harmoni

Di sisi lain, Bisnis menemukan fakta lain di lapangan. Meski berinduk kepada Harmony Auto, transaksi penjualan domestik di tiap diler mengatasnamakan BYD Harmoni Target Indonesia.

Perlu diketahui, PT Harmoni Target Indonesia adalah perusahaan otomotif yang berlokasi di Jakarta Pusat.

Sebagai bagian dari BYD Harmony Auto, PT Harmoni Target Indonesia berfokus pada sektor otomotif, khususnya dalam penjualan dan distribusi kendaraan listrik di Indonesia.

Berdasarkan penelusuran Bisnis melalui data Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) Kementerian Hukum dan HAM RI (Kemenkumham), perusahaan ini telah diverifikasi pada 21 Oktober 2024.

Adapun, modal dasar dan disetor PT Harmoni Target Indonesia sebesar Rp6 miliar, dengan jumlah saham sebanyak 6.000 lembar. Artinya, harga per sahamnya sebesar Rp1 juta per lembar. Harmoni Target dimiliki langsung oleh Meriyana Lim selaku Direktur dan Komisaris Kristian Reagen Wijaya, masing-masing menguasai 50% saham.

Di sisi lain, klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) PT Harmoni Target Indonesia bergerak di berbagai bidang, yakni Perdagangan Besar dan Eceran Mobil Baru, Perdagangan Besar dan Eceran Mobil Bekas, Reparasi Mobil, Pencucian dan Salon Mobil, Perdagangan Besar dan Eceran Suku Cadang serta Asesori Mobil.

Selain itu, ada juga KBLI Perdagangan Besar dan Eceran Sepeda Motor Baru maupun Bekas, Perdagangan Besar dan Eceran Suku Cadang Sepeda Motor serta Aksesorisnya, Reparasi dan Perawatan Sepeda Motor, hingga Perdagangan besar Atas Dasar Balas Jasa (Fee) atau Kontrak.

Kepala Cabang Diler BYD Harmony TB Simatupang, Khaidir pun mengonfirmasi bahwa BYD Harmony di Indonesia dimiliki 100% oleh Harmony Auto asal China.

"Iya, full [100% milik] Harmony Auto," ujar Khaidir saat ditemui Bisnis di pameran IIMS 2025, Minggu (23/2/2025).

Lebih lanjut dia mengatakan, proses inden di BYD Harmony pun rata-rata satu bulan. Namun, lama inden tersebut tergantung unit mobil yang dipesan.

"Tergantung unitnya, tetapi rata-rata satu bulan lah kalau inden. Kalau dilihat secara outstanding sih harusnya bisa lebih cepat ya, tetapi dilihat per tipenya juga kan,” katanya.

Khaidir juga mengatakan, seharusnya lama waktu inden antara BYD Harmony dengan diler lainnya tidak jauh berbeda.

Sejauh ini, diler BYD Harmony mendapatkan antusiasme cukup baik dari konsumen BYD, dengan rata-rata surat pemesanan kendaraan (SPK) hingga 100 unit per bulan.

"Harmony itu di Jakarta ada empat, di Slipi, Kuningan, TB Simatupang dan Sudirman. Kalau dilihat dari masing-masing outlet, SPK-nya per bulan rata-rata 80 sampai 100 unit," kata Khaidir.

Strategi Jitu APM

Gaikindo menyebut bahwa diler BYD yang dimiliki oleh Harmony Auto asal China merupakan salah satu strategi yang dimiliki oleh Agen Pemegang Merek (APM) untuk menggenjot penjualan di Indonesia.

Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto mengatakan, pihaknya tidak bisa berkomentar banyak terkait hal tersebut, sebab keterlibatan Gaikindo hanya menaungi para APM.

“Saya tidak bisa berkomentar, karena yang menunjuk kan BYD selaku APM, Gaikindo hanya menaungi APM-nya, tidak dilernya, karena itu kan sudah di bawah APM,” ujar Jongkie kepada Bisnis, saat dihubungi pada Minggu (16/2/2025).

Alhasil, jika salah satu APM menunjuk diler asing untuk berjualan di Indonesia, hal itu merupakan kewenangan dari APM yang bersangkutan untuk mengatur strateginya dalam berjualan.

"Saya tidak tahu sikap dan strategi dari masing-masing APM itu bagaimana. Apakah seperti BYD yang dicampur diler Indonesia dan diler dari China, atau murni semuanya Indonesia, saya juga tidak tahu. Karena itu strategi masing-masing APM,” pungkas Jongkie.

Misalnya, Wuling, jenama otomotif asal China milik SAIC-GM-Wuling Automobile (SGMW), yang telah lebih dulu ada di Indonesia juga mengungkapkan strateginya dalam berjualan di Tanah Air.

Mengacu laman resmi Wuling, totalnya, ada 150 diler Wuling yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, mayoritas berada di Pulau Jawa.

Public Relations Manager Wuling Motors Brian Gomgom mengatakan, jumlah mitra distributor lokal Wuling terus bertambah dari tahun ke tahun. Kini, totalnya, ada 12 mitra diler lokal yang bekerja sama dengan Wuling.

"Ada banyak. Kami lebih dari 12 grup diler yang sudah gabung dengan Wuling. Di 2017 itu hanya ada 5, lalu di 2020 ada 7, dan sekarang sudah ada lebih dari 12 diler,” ujar Brian kepada Bisnis, saat ditemui di IIMS 2025 pada Senin (17/2/2025).

Lebih lanjut, dia memastikan, seluruh jaringan diler Wuling yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia itu menggunakan skema kemitraan, dan tidak di bawah SGMW selaku perusahaan induk.

“Jadi ada Arista, Kumala, Maju Motor, lalu ada Prima, ada Perdana, ada ZHC Aladin, dan lain-lain. Ini partnership ya, bukan di bawah SGMW," jelasnya.

Menilik data Gaikindo sejak 2017 hingga 2024, total penjualan Wuling di Indonesia tembus 151.992 unit.

Secara terperinci, pada 2017 atau tahun pertama Wuling masuk pasar Indonesia hanya sebesar 5.050 unit. Setahun setelahnya melejit menjadi 17.002 unit pada 2018, kemudian naik menjadi 22.343 unit pada 2019.

Kemudian, penjualan Wuling sempat ambles menjadi 6.581 unit pada 2020, kala Indonesia dihantam pandemi Covid-19. Namun, tak butuh waktu lama, penjualan Wuling kembali melejit menjadi 25.564 unit pada 2021.

Berturut-turut, capaian penjualan Wuling pada 2022 sebesar 29.989 unit, lalu 2023 sebanyak 23.540 unit, dan pada 2024 sebanyak 21.923 unit.

Alhasil, rata-rata penjualan Wuling dalam 8 tahun terakhir di RI sebesar 18.999 unit per tahun. Angka rerata tahunan Wuling itu hanya selisih tipis 2.456 unit, dibandingkan BYD yang membukukan penjualan mobil 16.543 unit dalam kurun waktu 8 bulan pertama.

Senada, merek asal China pendatang baru di pasar Indonesia, yakni Jaecoo juga mengungkapkan strateginya dalam memperluas cakupan ekspansi diler di Tanah Air.

Country Director Jaecoo Indonesia, Max Zhou mengatakan sejauh ini perseroan sudah memiliki 20 diler yang tersebar di berbagai wilayah strategis.

“Sekarang kami sudah memiliki 20 diler di berbagai wilayah seperti SCBD, BSD, Pluit, Puri Indah, Sunter, Kelapa Gading dan juga PIK 2," ujar Max saat ditemui Bisnis.

Adapun, berbagai diler Jaecoo yang telah tersebar di beberapa kota besar lainnya yakni di Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar dan juga ada yang akan dibangun di Manado.

“Sekarang kami rencanakan 30 diler di Indonesia. Jadi kami akan membangun 10 diler lagi sampai akhir 2025. Saat ini, kami masih mempertimbangkan distributor lokal,” jelasnya.

Menurut Max, pihaknya hanya memilih distributor lokal karena dianggap memiliki potensi penjualan yang cukup baik di Indonesia. Berbagai mitra diler Jaecoo tersebut di antaranya yakni PT Gema Santika Pura, Arta Motor Group, PT Sun Motor Group, PT Mitra Auto Sinergi, dan Maju Motor Group.

Penjualan Moncer Merek Mobil China

Berbekal strategi memperluas jaringan diler tersebut, sejumlah merek mobil asal 'Negeri Tirai Bambu', China meraup cuan di Indonesia dengan mencatatkan penjualan moncer sepanjang 2024.

Sebagai informasi, tahun 2024 merupakan Tahun Naga Kayu yang diyakini oleh masyarakat Tionghoa membawa keberuntungan atau peluang pertumbuhan.  Hal itu diikuti dengan beberapa merek China yang mencatatkan pertumbuhan penjualan di Indonesia.

Sederet merek mobil China yang membukukan penjualan moncer di Indonesia tahun lalu di antaranya yaitu BYD, Wuling, Chery hingga Aion. Totalnya, ada 10 merek China yang paling banyak diburu konsumen.

Berdasarkan data Gaikindo, dari 10 merek tersebut, penjualan mobil China sepanjang Januari - Desember 2024 tercatat  sebanyak 55.027 unit.

Adapun, Wuling masih menduduki posisi puncak sebagai mobil China terlaris pada 12 bulan 2024 dengan penjualan sebanyak 21.923 unit. Pangsa pasar (market share) Wuling tercatat sebesar 2,5%.

Selanjutnya, BYD sebagai merek China pendatang baru, menempati urutan kedua terlaris dengan penjualan moncer sebesar 15.429 unit hanya dalam 7 bulan. Posisi BYD itu kian menempel Wuling, menandakan persaingan merek China semakin ketat.

Pada 2024, ada empat model mobil BYD yang tersedia di Indonesia, di antaranya BYD M6 di segmen MPV, BYD Atto 3 di segmen SUV, lalu Hatchback BYD Dolphin, serta sedan BYD Seal.

Sementara itu, untuk merek Wuling di segmen BEV, yakni Wuling Air ev, Wuling Binguo EV, dan Wuling Cloud EV, sedangkan di segmen hybrid, yaitu Wuling Almaz Hybrid.

Di lain sisi, penjualan Chery pada periode 12 bulan 2024 sebanyak 9.191 unit. Sederet model Chery, di antaranya Omoda E5 EV, Chery Omoda 5, Chery Tiggo 7 dan Tiggo 8.

Berturut-turut, merek mobil China terlaris lainnya, yaitu Aion, Morris Garage (MG), DFSK, FAW, Tank, Neta, BAIC.

Berdasarkan data terbaru Gaikindo yang diterima Bisnis, pada Januari - Desember 2024, total penjualan mobil secara wholesales tercatat sebesar 865.723 unit atau turun 13,9% secara year-on-year (YoY) dari periode sama 2023 sebesar 1.005.802 unit.

Sementara itu, penjualan ritel juga turun 10,9% YoY menjadi 889.680 unit pada periode 12 bulan 2024, dibandingkan 998.059 unit pada periode yang sama 2023.

10 Merek Mobil China Terlaris 2024:

Ancaman Bagi Diler Lokal

Pakar Otomotif dan Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai, masuknya diler asing ke pasar Indonesia ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, hal ini menimbulkan tantangan signifikan bagi diler lokal, seperti persaingan yang lebih ketat dan tekanan pada margin keuntungan.

Namun, di sisi lain, kehadiran diler asing dapat mendorong peningkatan standar industri, transfer pengetahuan, dan memberikan lebih banyak pilihan bagi konsumen.

Menurut Yannes, mengacu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, memang dimungkinkan untuk diler asing berjualan di Indonesia, selama memiliki badan hukum perseroan terbatas (PT) dan ada jumlah investasi minimum serta membayar pajak dan mematuhi berbagai peraturan daerah (Perda).

"Walaupun ada potensi peningkatan jumlah diler asing di Indonesia, jika regulasi memungkinkan penjualan langsung tanpa kemitraan dengan diler lokal, tetapi Permendag 24/2021 mewajibkan kemitraan dengan perusahaan lokal," ujar Yannes kepada Bisnis, Minggu (16/2/2025).

Dia menjelaskan, diler asing harus memiliki izin impor yang sesuai dari Kementerian Perdagangan, mereka juga perlu rekomendasi teknis dari Kementerian Perindustrian, mobil impor dikenakan bea masuk yang besar. Mereka jelas harus membangun infrastruktur logistik yang baik agar lebih mudah menangani proses impor.

Alhasil, menurutnya pemain raksasa jelas memiliki keunggulan dalam hal akses ke modal yang lebih besar, teknologi yang lebih canggih, atau jaringan global yang lebih luas. Namun, ini tidak berarti mereka secara otomatis mendapatkan kemudahan dalam impor mobil utuh (completely built up/CBU).

Lebih lanjut dia mengatakan, kecepatan inden adalah faktor penting dalam keputusan pembelian mobil konsumen, sehingga diler lokal perlu menyesuaikan kembali strateginya.

"Jika diler asing dapat menawarkan proses inden yang lebih cepat secara konsisten, ini akan menjadi ancaman serius bagi revenue dan kelangsungan bisnis diler lokal yang masih memakai pola-pola dan strategi lama yang kurang responsif dan antisipatif," kata Yannes.

Yannes menjelaskan, diler lokal jelas harus segera merespons dengan meningkatkan efisiensi, fokus pada layanan pelanggan, dan berinovasi untuk tetap kompetitif di era perubahan yang cepat dan tidak terduga seperti sekarang ini.

"Ini adalah pertarungan untuk survival of the fittest  di pasar otomotif Indonesia yang semakin kompetitif. Yang diuntungkan jelas adalah konsumen, mereka bisa mendapatkan produk terbaik dengan harga terbaik," pungkas Yannes.

Penulis : Aprianus Doni Tolok, Rizqi Rajendra, Kahfi
Editor : Aprianus Doni Tokok, Hendri T Asworo
Previous

Prabowo Menggantang Asa dari Bullion Bank

Next

Kisah Caregiver, 'Malaikat' Penjaga Kala Usia Senja

back-to-top
To top