People
Kesetaraan hak antara kaum hawa dan kaum adam dewasa ini telah menembus batasnya hingga mengantarkan sejumlah perempuan tercatat pada papan orang terkaya.
26 April 2024
Raden Ajeng Kartini, lahir pada 21 April 1879 di Mayong, sebuah kota kecil yang ada di Karisidenan Jepara. Kartini terlahir dari buah perkawinan dari Raden Mas Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah.
Terlahir di lingkungan keluarga priyayi dan bangsawan bukan berarti hidup Kartini berjalan mulus-mulus saja. Kebebasan yang dia punya hanya dinikmatinya pada masa kanak-kanaknya.
Setelah memasuki setelah memasuki usia dewasa, Kartini harus menjalankan tradisi kalangan bangsawan. Dia harus memasuki masa pingitan.
Memasuki usia yang belum genap 13 tahun, Kartini sudah hidup bak dipenjara. Tembok-tembok tinggi dan tebal menjadi pemandangan sehari-harinya.
Hidupnya dengan dunia luar direnggut dengan tradisi yang harus dijalankannya. Saat itu, hidup Kartini seolah menjadi sebuah burung indah di dalam sangkar.
“Betapa luasnya rumah dan halaman kami, namun jika bila kami
harus selalu tinggal di situ, akhirnya sesak juga rasanya. Teringat oleh saya, karena rasa putus asa yang tidak terhingga berulang kali saya mengempaskan badan pada pintu yang selalu tertutup dan pada dinding batu dingin itu. Kearah mana pun saya pergi, akhirnya setiap kali saya sampai pada dinding batu atau pintu terkunci!" kata Kartini dikutip dari Buku Sisi Lain Kartini.
Mengutip Buku RA Kartini karya Tashadi, dalam hal emansipasi kaum wanita, Kartini berpendirian bahwa Tuhan menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai mahluk yang sama haknya dan derajatnya. Mereka masing-masing memiliki jiwa yang sama, dan hanya berbeda dalam hal fisik atau bentuk badannya.
Untuk itu, kedudukan dan haknya juga tidak dibeda-bedakan. Kartini juga ingin menunjukkan bahwa kaum wanita itu sejajar dengan kaum laki-laki. Apabila kaum
wanita itu diberikan kesempatan, maka ia akan mampu juga mengerjakan apa yang dikerjakan oleh kaum laki-laki.
Bahkan lebih tegas lagi Kartini mengatakan, bahwa wanita yang beradab dan terpelajar akan dapat menjadi penolong dan pembantu yang berharga bagi kaum laki-laki.
Buah pikiran dari Kartini setidaknya telah berhasil mendobrak batas-batas kaum perempuan. Kegigihan Kartini untuk persamaan hak-hak perempuan, terutama dalam pendidikan menjadi contoh teladan dan membuka mata seluruh orang seanterno negeri.
Pemerintah, sejak 2 Mei 1965 menetapkan 21 April sebagai hari bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Presiden Soekarno menetapkan hari lahir Kartini sebagai Hari Kartini yang setiap tahunnya diperingati sampai dengan saat ini. Peringatan hari Kartini merupakan waktu untuk mengenang perjuangannya mencapai kesetaraan laki-laki dan perempuan, khususnya di bidang pendidikan.
Pada era modern, kesetaraan kaum perempuan tidak hanya sebatas pada bidang pendidikan, tetapi juga kesetaraan untuk mendapatkan pekerjaan, dan juga jabatan yang sama dengan kaum lelaki.
Tidak sedikit sosok-sosok kaum hawa yang memegang peranan penting. Di Indonesia, nama Sri Mulyani yang masuk dalam 100 wanita paling berpengaruh di dunia urutan ke-47 versi Forbes.
Ada juga Nicke Widyawati yang masuk dalam jajaran yang sama. Dia berada pada urutan ke-51 dalam daftar wanita paling berpengaruh di dunia.
Tidak hanya itu, tidak sedikit juga kaum hawa yang masuk dalam jajaran konglomerat paling kaya di Indonesia.
Forbes mencatat, srikandi kaya raya tersebut adalah Dewi Kam, Jenny Quantero, Arini Subianto, dan Marina Budiman.
Terlahir sebagai perempuan tidak menghambat wanita-wanita tersebut untuk mendulang kekayaan yang bahkan menyalip deretan nama-nama konglomerat pria lainnya.
Nama Dewi tercatat berada pada urutan nomor 10 dari daftar 100 orang terkaya di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, kekayaan yang dimiliki oleh Dewi Kam tercatat mencapai US$4,5 miliar.
Pada deretan nama-nama konglomerat yang ada di dunia, Dewi Kam masuk pada urutan orang terkaya peringkat 697.
Begitu juga dengan Jenny Quantero yang masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia peringkat 31.
Total kekayaan Jenny Quantero sampai dengan 2023, berhasil terkumpul sebesar US$1,5 miliar.
Sementara itu, Arini Subianto berada pada peringkat 36 dalam daftar orang terkaya di Indonesia.dengan total kekayaan mencapai US$1,3 miliar.
Menyusul Arini, Marina Budiman mencatatkan namanya pada peringkat ke-47 pada daftar orang terkaya di Indonesia.
Wanita berusia 73 tahun ini terbilang memiliki pengalaman yang sangat matang dalam dunia bisnis, terutama pada di sektor energi.
Melansir dari laman antikorupsi.org ‘Siapa di Balik Pembangkit Listrik’ Dewi Kam adalah pemilik PT Sumbergas Sakti Prima dengan penguasaan 91 persen saham.
Dalam struktur kepemilikan PT Sumber Segara Primadaya, sebagai sosok Komisaris dirinya memiliki 99,5 persen PT Sumbergas Sakti Prima, di mana Richard Jasin hanya menguasai 0,05 persen sisanya.
Dewi Kam dan Richard Jasin juga merupakan pemilik PT Sumbergas Sakti Prima, yang menguasai 91 persen saham PT Sumber Energi Sakti Prima. Adapun 9 persen saham PT Sumber Energi Sakti Prima dikuasai oleh Race Course Investments Ltd.
Berdasarkan laporan dari Indonesia Corruption Watch, melalui PT Sumber Energi Sakti Prima, dirinya turut mengendalikan PT Sumber Segara Primadaya (S2P) yang menjadi pengembang dalam proyek PLTU Cilacap.
Bersama dengan Mohamad Abdullah Jasin, Dewi Kam terafiliasi dengan dua perusahaan yang berdomisili di British Virgin Islands dan Samoa.
Dewi tercatat sebagai pemegang saham Birken Universal Corporation dan Direktur Savill Universal Ltd yang berlokasi di Britisih Virgin Islands, dan pemegang saham Overseas Finance Ltd yang bertempat di Samoa.
Tak hanya itu, Dewi Kam juga diketahui sebagai nominee director Execorp Limited, dan nominee Shareholder Portcullis Nominees (BV) Limited, dan Sharecorp Limited.
Pada 2006 ketika Indonesia dan China melakukan kesepakatan kontrak proyek energi sebesar US$3,56 triliun atau Rp52.769 triliun, dia menghadiri penandatanganan kontrak.
Proyek yang dia kelola yaitu Coal Based Chemical Plant di Balocci, Pangkep, Sulawesi Selatan dengan nilai US$687 juta atau setara dengan Rp10,1 triliun.
Melansir dari Forbes, Dewi Kam juga mendapatkan sebagian besar kekayaannya berasal dari saham minoritas di perusahaan tambang batu bara Bayan Resources di Indonesia.
Tak heran, apabila kekayaannya ikut melonjak seiring pendapatan dan laba produsen batu bara Bayan Resources. Hal ini lantaran, lonjakan harta batu bara di tengah krisis energi global yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina naik tiga kali lipat sejak 2022, sebesar US$21,8 miliar atau setara dengan Rp323,1 triliun.
Forbes mencatat, Jenny Quantero dan suaminya, Engki Wibowo, memperoleh kekayaan mereka dari perusahaan tambang batu bara Bayan Resources.
Mereka membantu Low Tuck Kwong mendirikan Bayan Resources pada 2004 dan perusahaan ini melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2008. Sementara itu, Engki menjual sahamnya pada 2022.
Dalam perjalannya mendiri Bayan Resources, Jenny pernah menduduki sejumlah posisi di Bayan Resources. Setelah mendiri Bayan Resources pada 2004, dia didapuk menjadi Sekretaris Perusahaan Bayan Resources pada 2008.
Dia kemudian didapuk menjadi direktur di Bayan Resources dan juga di sebagian besar anak perusahaan Bayan Group.
Jenny juga didapuk sebagai Komisaris PT Wahana Baratama Mining sejak 2003 sampai dengan 2021.
Dilansir dari laman Bursa Efek Indonesia, Jenny menggenggam 994,97 juta saham atau setara dengan 2,98% saham di Bayan Resources.
Arini Saraswaty Subianto atau biasa dikenal dengan nama Arini Subianto lahir pada 20 Desember 1970. Arini adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pengusaha batu bara, Benny Subianto yang meninggal pada Januari 2017.
Pada 1994, Arini mendapatkan gelar pendidikan Bachelor of Fine Arts degree in Fashion Design di Parsons School of Design, Amerika Serikat. Dia melanjutkan pendidikannya untuk meraih gelar Master of Business Administration di Fordham University Graduate School of Business Administration, AS pada 1998.
Setelah itu, Arini langsung kembali ke Indonesia. Dia membuka toko aksesoris dan kado di Jakarta.
Dua tahun kemudian, Arini menjalin kerja sama dengan toko buku milik teman masa sekolah SMP, Winfred Hutabarat yang diberi nama Aksara. Arini juga menjadi salah satu pendiri Union Group, perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman (F&B) di Jakarta.
Arini juga diketahui merupakan anak dari Benny Subianto yang dikenal sebagai salah satu orang yang berhasil membesarkan PT Astra International Tbk., dan sebagai pendiri PT Astra Agro Lestari Tbk., Komisaris PT Adaro Energy Tbk., dan juga Presiden Direktur PT Persada Capital Investama.
Arini melanjutkan estafet jabatan ayahnya sebagai Komisaris Adaro Energy dan Presiden Direktur Persada Capital Investama.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, Arini masih memiliki 79,97 juta saham atau 0,25% saham di Adaro Energy.
Persada yang merupakan perusahaan keluarga Arini pun memiliki 11% saham di Adaro.
Jabatan lain yang diemban Arini adalah Komisaris PT Adaro Strategic Investment, Komisaris PT Adaro Strategic Lestari, Komisaris PT Adaro Strategic Capital, Komisaris PT Nuansa Nirmana Artistika, Komisaris PT Casa Maha Rasa, Komisaris PT Dharma Satya Nusantara Tbk, Komisaris PT Suralaya Anindita International, Direktur PT Panaksara, Presiden Direktur PT Pandu Alam Persada, dan Presiden Komisaris PT Anugrah Kirana Sarana.
Marina Budiman, sosok perempuan berdaya yang masuk dalam daftar orang Indonesia terkaya 2023 versi Forbes, memainkan peran penting dalam mengembangkan bisnis data di Indonesia.
Wanita berusia 62 tahun tersebut dikenal sebagai salah satu pendiri sekaligus komisaris utama perusahaan pusat data PT DCI Indonesia Tbk. (DCII), dan juga inisiator PT Indointernet Tbk (EDGE).
Kiprah Karier Marina Budiman dimulai dengan bekerja sebagai seorang bankir setelah lulus dari University of Toronto pada 1985. Karier pertamanya dimulai dengan menjadi seorang account officer di Bank Bali.
Awal kariernya tersebut menuntunnya ke jalan kesuksesan setelah bertemu dengan Otto Toto Sugiri. Keduanya melihat adanya peluang pada sektor teknologi.
Marina memutuskan untuk bergabung ke perusahaan yang dibangun Otto Toto Sugiri, PT Sigma Cipta Caraka.Dia berkarier sebagai project manager dimulai pada 1989 sampai dengan 2000.
Marina dan Otto kemudian bekerja sama merintis perusahaan PT Indointernet Tbk. atau yang kini dikenal dengan Indonet (EDGE). Perusahaan ini menjadi penyedia layanan internet pertama di Indonesia sejak 1994 silam.
Kemudian, Telkom Indonesia mengakuisisi Sigma Cipta Caraka pada 2008 yang menjadi cikal bakal terbentuknya PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) pada 2011. DCI Indonesia merupakan kolaborasi antara Marina, Otto, dan Han Arming Hanafia.
Peluang teknologi yang kian melaju akhirnya mendorong DCI Indonesia melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Januari 2021. Tak lama berselang, menyusul PT Indointernet Tbk. (EDGE) yang mulai mencatatkan sahamnya di pasar modal pada 8 Februari 2021.
Bursa Efek Indonesia mencatat, Marina menggenggam 22,51 persen saham DCII atau sekitar 536,50 juta saham.
Gairah Film Lokal Berebut Layar dengan Hollywood