bisnis-logo

People

Gurita Bisnis Grup Djarum, Menyiapkan Pewaris Tahta Keempat

Bisnis keluarga Djarum terus menggurita hingga generasi ketiga. Bahkan, kini duo Hartono terlihat menyiapkan generasi keempat untuk meneruskan tahta.

09 Februari 2023

A+
A-

Bisnis Grup Djarum yang menggurita membuat Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono kokoh berada di posisi puncak orang terkaya di Indonesia sejak 2009. Bermula dari produk rokok kretek, bisnis Grup Djarum kini merambah ke sektor perbankan hingga digital. 

Kehadiran Grup Djarum bermula dari Oei Wie Gwan, pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah yang memulai usahanya pertama kali dengan memproduksi mercon atau petasan, yang dipasarkan di seluruh Jawa. 

Usaha petasan Oei tak bertahan lama karena pabriknya meledak pada 1939 dan 1942. Hal ini membuat Oei mengubah haluan dan memutuskan untuk berbisnis rokok. Oei lalu membeli perusahaan kecil Djarum Gramophon dan kemudian mengubah namanya menjadi Pabrik Rokok Djarum (PR Djarum) pada 21 April 1951 di Kudus, Jawa Tengah.

Namun, tak lama pabrik rokoknya nyaris musnah akibat kebakaran pada 1963. Pada tahun yang sama Oei wafat dan meninggalkan bisnis Djarum kepada putranya, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono.

Keduanya pun berusaha membangun kembali pabrik rokok peninggalan ayah mereka. Perlahan tetapi pasti, Djarum pun bertransformasi menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Beberapa produk Djarum yang terkenal antara lain Djarum Coklat, Djarum 76, Djarum Super, LA Lights, dan Djarum Black.

Di bawah komando duo Hartono, bisnis Djarum mulai merambah ke sektor lain. Bisnis Djarum mulai masuk ke sektor elektronik melalui PT Hartono Istana Teknologi (Polytron), keuangan melalui Bank Hagakita, hingga properti. 

Pada sektor properti kepemilikan oleh klan Djarum yang paling terkenal adalah PT Cipta Karya Bumi Indah sebagai swasta yang memenangkan pengelolaan kawasan Grand Indonesia pada 2004. Perusahaan tersebut kemudian membangun pusat perbelanjaan Grand Indonesia dan renovasi Hotel Indonesia menjadi hotel bintang 5 dengan nama Hotel Indonesia Kempinski. 

Melansir dari buku Ketika Mimpi Usaha Berbuah Manis, perusahaan Grup Djarum Bernama Fajar Surya Perkasa membangun Mall Daan Mogot, sedangkan Nagaraja Lestari membangun pusat grosir Pulogadung Trade Center. Tidak berhenti di situ, Djarum juga tercatat membangun WTC Mangga Dua melalui PT Inti Karya Bumi Indah. Ketiga pusat perbelanjaan itu berlokasi di Ibu Kota Jakarta.

Masih di sektor properti, Grup Djarum juga membangun bisnis perumahan dan perhotelan yang tersebar di wilayah, misalnya saja Bali Padma Hotel di Bali, Perumahan Karasang Resinda di Karawang, Perumahan Graha Padma dan Bukit Muria di Semarang.

Bidang usaha lain keluarga taipan Hartono adalah di sektor kehutanan. Setidaknya, ada tiga perusahaan di bidang kehutanan yang diketahui terafiliasi dengan keluarga Hartono yaitu PT Fajar Surya Swadaya, PT Silva Rimba Lestari, dan PT Bukit Muria Jaya.

Jika ditelusuri, Hartono memiliki konsesi lahan hutan di Kalimantan. Salah satunya, PT Fajar Surya Swadaya yang berdasarkan profil perusahaannya, bergerak di bidang pengusahaan hutan akasia, hutan eukaliptus, industri pengasapan dan remilling karet, industri karet remah, dan jasa penunjang kehutanan lainnya. Perusahaan ini juga bergerak di bidang aktivitas telekomunikasi satelit dan jasa sistem komunikasi. 

Kemudian, PT Silva Rimba Lestari bergerak di bidang pengusahaan hutan sengon, albasia, jeunjing, alkasian, eukaliptus. Tidak hanya itu, Silva Rimba turut bergerak di usaha penggalian kerikil dan penggergajian kayu. 

Kedua perusahaan tersebut sama-sama dimiliki oleh Grup Djarum melalui PT Dwimuria Utama Andalan, yang bergerak sebagai perusahaan holding (holding companies). Duo Hartono tercatat sebagai pemegang saham dari PT Dwimuria Utama Andalan. 

Kedua adik-kakak itu juga tercantum sebagai pemilik dari perusahaan sektor kehutanan lain yakni PT Bukit Muria Jaya. Perusahaan tersebut bergerak di usaha perdagangan serta sejumlah industri seperti kemasan dan kotak dari kertas maupun karton, kertas tisu, barang dari kertas serta papan kertas lainnya. Kemudian, anak dari keduanya menduduki kursi komisaris. Anak dari Michael Bambang yakni Roberto Setiabudi, dan anak Robert Budi yakni Martin Basuki, menduduki kursi komisaris. 

Grup Djarum juga dikenal memiliki perusahaan yang bergerak di sektor elektronik, yaitu PT Hartono Istana Teknologi dengan merek Polytron. Mengutip buku The Indonesian Economy: Trade and Industrial Policies, perusahaan ini didirikan pada 1975 dengan nama PT Indonesian Electronics & Engineering, sebagai anak usaha PT Djarum Kudus. 

Perusahaan ini memiliki produk utama berupa televisi, kulkas, perangkat audio, hingga telepon genggam.  Berdasarkan data Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia (AIPTI), Hartono Istana Teknologi memiliki luas area pabrik 399.000 m2 dengan jumlah karyawan kurang lebih 6.000 orang.

Mantan Menteri Perindustrian MS Hidayat meninjau produksi plastik pelapis lemari es PT Hartono Istana Teknologi di Sayung Semarang- JIBI
 

Di bawah Polytron, Grup Jarum mengoperasikan Mola TV, perusahaan yang menyediakan layanan streaming mulai 2019. Model bisnis Mola TV mencakup tv kabel, IPTV, dan video on-demand.

Pada sektor sumber daya alam (SDA), Hartono juga memiliki bidang usaha pada komoditas sawit yaitu PT Hartono Plantation Indonesia (HPI-Agro). Berdiri pada 2008, perusahaan agrobisnis kelapa sawit tersebut beroperasi di DKI Jakarta, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Perusahaan perkebunan milik Djarum itu tidak hanya fokus pada komoditas sawit, melainkan sudah berkembang juga ke cengkeh, tembakau, tebu, jarak kepyar, dan minyak atsiri. Pada 2016, Djarum Grup diberitakan memperluas sayap bisnisnya di Pulau Sumba dengan investasi lebih dari Rp9 triliun melalui PT Muria Sumba Manis dengan luas lahan 50.000 hektare dengan sistem hak guna pakai (HGP) selama 30 tahun.

Di sisi lain, Grup Djarum juga memiliki afiliasi dengan PT Sumber Kopi Prima, perusahaan yang meluncurkan dua brand kopi instan yakni Caffino dan Kopi Gadjah. Masih terkait dengan produk minuman, perusahaan afiliasi lain Grup Djarum juga memproduksi minuman ringan berkemasan yakni Yuzu melalui PT Savoria Kreasi Rasa.

Perusahaan Grup Djarum di Bursa

Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) di Jakarta, Kamis (5/1/2023). /Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Beberapa perusahaan di bawah naungan Grup Djarum tercatat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR), PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR), PT Global Digital Niaga (BELI), dan PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC).

BCA merupakan cabang bisnis utama Grup Djarum di sektor keuangan, yang merupakan hasil akuisisi pada 2007 melalui Farallon Capital. Grup Djarum tercatat telah mengubah akta kepemilikan BCA dari Farallon Capital, menjadi PT Dwimuria Investama Andalan. Bank swasta terbesar di Indonesia itu tercatat memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp1.090,98 triliun per Selasa (7/2/2023). 

Sebanyak 9 entitas anak dimiliki secara langsung dan tidak langsung oleh BCA, mengutip dari laporan keuangan terbaru yang dirilis pada Desember 2022. Kesembilan perusahaan anak tersebut yaitu BCA Finance, BCA Finance Limited, Bank BCA Syariah, BCA Sekuritas, Asuransi Umum BCA, BCA Multi Finance, Asuransi Jiwa BCA, Central Capital Ventura, dan Bank Digital BCA.

Gurita Grup Djarum di sektor keuangan semakin besar dengan menjadi pemegang saham mayoritas di perusahaan pengelola jaringan ATM Alto, PT Daya Network Lestari. Djarum masuk ke perusahaan switching ini melalui Central Capital Ventura sebesar 2% dan Dwimuria Investama Andalan sebesar 18%.

Sebagai informasi, sebanyak 51 persen atau 107 juta saham Dwimuria digenggam Robert Budi Hartono dan 49 persen atau 103 juta saham digenggam oleh Bambang Hartono. Dwimuria tercatat menjadi kendaraan duo Hartono untuk bergerak di pasar modal.

Melalui Dwimuria, baru-baru ini duo Hartono melakukan penawaran tender sukarela saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) hingga Rp3,3 triliun. Hingga akhir 2021, duo Hartono memang tidak menggenggam secara langsung saham TOWR. Penerima manfaat akhir TOWR merupakan anak-anak dan cucu Hartono bersaudara. 

Sumber: Annual Report Sarana Menara Nusantara
 

Belum lama ini, TOWR melalui PT Profesional Telekomunikasi Indonesia atau Protelindo resmi mengakuisisi 94,03 persen saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR) senilai Rp16,72 triliun. Dengan aksi ini, Protelindo ingin memperluas jaringan usaha dan memperkuat posisi perusahaan sebagai pemilik dan operator tower independen.

Pada kuartal akhir 2021, emiten milik Grup Djarum bertambah dengan aksi akuisisi saham PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC) oleh PT Global Digital Niaga atau Blibli, yang mengakusisi 51% saham atau sebanyak 797,88 juta saham perusahaan pengelola Ranch Market tersebut. 

Blibli menjadi perusahaan terbuka paling anyar di bawah Grup Djarum dengan kode emiten BELI. Emiten ini resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (8/11/2022) dengan menawarkan 17,7 miliar saham dengan harga Rp450 per saham. Dari aksi ini, dana hasil penawaran umum yang dikumpulkan Blibli tercatat senilai Rp7,99 triliun.

Bisnis Hartono di Tangan Generasi Ketiga

Ekspansi bisnis Grup Djarum tak berhenti di generasi kedua. Beberapa nama anak-anak duo Hartono kini melanjutkan ekspansi dan bisnis Grup Djarum dalam berbagai sektor seperti Roberto Setiabudi Hartono, Tessa Natalia Hartono, Armand Wahyudi Hartono, Victor Rachmat Hartono, hingga Martin Basuki Hartono.

Victor, Martin, dan Armand merupakan anak dari Robert Budi Hartono. Ketiga anak Robert ini tercatat menempati berbagai posisi dalam bisnis Grup Djarum.

Victor misalnya, saat ini merupakan Chief Operating Officer (COO) PT Djarum dan Presiden Direktur Djarum Foundation. Victor pernah mengenyam Pendidikan di Santa Barbara City College (1989-1991), Bcahelor of Science Teknik Mesin University California-San Diego (1991-1994), dan Master of Business Administration Northwestern University (1996-1998). Istri Victor adalah Amelia Santoso, anak dari Benny Setiawan Santoso. Benny merupakan salah satu orang penting di Grup Salim.

Lalu, Martin merupakan Chief Executive Officer (CEO) GDP Venture, perusahaan investasi startup digital dengan fokus di sektor perdagangan, produk consumer, media & hiburan, serta solusi. Martin pernah mengenyam pendidikan ekonomi di San Diego Mesa College (1992-1994), dan Master of Business Administration Drucker School of Management (1996-1998). Istri Martin adalah Grace L. Katuari, anak dari pemilik Wings Group, Eddy William Katuari. 

GDP Ventures tercatat melakukan investasi di beragam startup dan perusahaan teknologi, seperti Blibli, Halodoc, Tiket.com, Cermati.com, dan masih banyak lainnya. Adapun, di sektor hiburan, terdapat portfolio GDP Venture di 88rising, sebuah perusahaan musik yang berbasis di Amerika Serikat. Beberapa penyanyi Indonesia yang berada di bawah naungan 88rising di antaranya Rich Brian, Niki, Warren Hue, dan Stephanie Poetri.

Sementara itu, Armand saat ini merupakan Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Armand pernah mengenyam pendidikan di University of California - San Diego (1996) dan Master of Science Sistem Ekonomi dan Riset Operasi Stanford University (1997).

Sebelum memegang posisi penting di BCA, Armand pernah bekerja sebagai analis riset kredit global dan perbankan investasi J.P. Morgan dan Direktur HRD PT Djarum.

Wakil Presiden Bank Central Asia Armand Hartono saat menerima anugerah Bisnis Indonesia Award (BIA) 2021 kategori Bank Terbaik di Jakarta, Rabu (15/9/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardani

Adapun, tidak banyak informasi yang diketahui mengenai anak-anak dari Michael Bambang Hartono. Roberto saat ini diketahui terlibat dalam bisnis di PT Hartono Istana Teknologi (HIT) atau Polytron, sementara Tessa diketahui menjadi CEO dan Advisor di PT Grand Indonesia. Dua anak Michael yang lain seperti yang terlihat di tabel kepemilikan TOWR, Stefanus dan Vanessa, belum diketahui keterlibatannya di Grup Djarum. 

Tiga nama lainnya dengan kepemilikan saham terkecil di TOWR, yakni Alicia Katrina Hartono, Jacqueline Chiara Hartono, dan Marco Krisna Hartono, juga belum terlihat keterlibatannya dalam Grup Djarum. Besar kemungkinan ketiga nama tersebut merupakan generasi keempat Grup Djarum atau cucu dari Michael dan Robert Hartono.

Penulis : Annisa K. Saumi & Dany Saputra
Editor : Annisa Sulistyo Rini
Previous

Direktur Investasi BPJAMSOSTEK Bicara soal Prospek Dana Kelolaan Pekerja

back-to-top
To top