Stories
Ancaman perubahan iklim yang kian nyata menuntut adanya pergeseran penggunaan kendaraan yang berbasil fosil menuju energi bersih.
13 Mei 2024
Selamat datang di masa depan. Era baru bagi energi bersih yang lebih ramah lingkungan.
Perkembangan kondisi geopolitik dan iklim secara global menuntut adanya perubahan perilaku yang lebih mengedepankan penggunaan energi bersih untuk menjaga keberlanjutan.
Pandemi Covid-19, peningkatan biaya hidup, perubahan iklim, krisis energi dan pangan, serta ketegangan geopolitik yang terjadi menghadapkan dunia kepada krisis multidimensi yang dikenal dengan 'The Perfect Storm'.
Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) terbaru, Indonesia menaikkan target pengurangan emisi menjadi 31,89% pada 2030 dengan target dukungan internasional sebesar 43,20%.
Pemerintah, dengan berbagai upaya mencapai target tersebut. Transisi energi pun didorong dalam berbagai sektor mulai dari industri, investasi, hingga transportasi.
Pada sektor industri, pemerintah mendorong adanya invovasi dalam akuisisi teknologi dan investasi agar dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan menghindari kelaparan, anomali cuaca, serta ancaman meningkatnya permukaan air laut.
Pemerintah juga tengah menggencar penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Kendaraan listrik dinilai muncul sebagai solusi yang menjanjikan untuk mengurangi polusi udara dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Dengan baterai yang semakin canggih dan infrastruktur pengisian daya yang semakin berkembang, kendaraan listrik tentunya menawarkan beragam keunggulan, mulai dari efisiensi energi hingga pengurangan emisi gas buang.
Melalui peralihan ke kendaraan listrik, jejak karbon transportasi dapat berkurang secara signifikan. Masalah penyakit pernapasan dan polusi udara juga turut teratasi.
Perkembangan kendaraan listrik juga mendorong berkembangnya inovasi di sektor teknologi dan energi, seperti pengembangan baterai hingga sistem pengisian daya yang lebih cepat dan efisien.
Selain itu, peluang baru dalam industri manufaktur, teknologi, dan jaringan pengisian daya juga akan tercipta, sehingga akan meningkatkan perekonomian daerah dan menciptakan lapangan kerja baru.
Presiden Joko Widodo sebelumnya memperkirakan Indonesia akan menjadi produsen kendaraan listrik terbesar pada 2027. Jumlah kendaraan listrik diproyeksikan mencapai 17.282 unit roda empat dan 40.312 unit roda doa.
Ekosistem kendaraan listrik yang besar tersebut akan dibangun, mengintegrasikan nikel dengan tembaga, hingga bauksit.
Integrasi tersebut akan memungkinkan produksi baterai Electric Vehicle (EV), baterai lithium, mencapai nilai pasar yang lebih tinggi.
Pertumbuhan motor listrik di Indonesia diproyeksi akan terus masif dan bahkan berpotensi terbesar kedua di dunia.
Sekretaris Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Abdullah Alwi mengatakan Indonesia akan menjadi negara dengan populasi motor listrik terbesar ketiga di dunia setelah China dan India.
“Penjualan motor terbesar China, kedua India, dan Indonesia akan menjadi nomor 3 di dunia pada 2030,” tuturnya dalam acara Xplore Motor Listrik di kantor Bisnis Indonesia, Kamis (25/1/2024).
Hal ini merujuk pada riset McKinsey yang mengatakan India dan Indonesia akan menjadi pasar motor listrik terbesar setelah China. Adapun, pertumbuhan motor listrik di India dan Indonesia diperkirakan mencapai 66%, dan 67% per tahun sampai 2030.
Pertumbuhan dari India dan Indonesia akan membuat porsi motor listrik yang beredar di Asia Tenggara sekitar 36% dari seluruh dunia, dibandingkan pertumbuhan kurang dari 1% untuk saat ini.
Alwi juga merujuk data dari Sertifikasi Registrasi Uji Tipe (SRUT) dari Kementerian Perhubungan, populasi motor listrik sampai saat ini sudah mencapai 74.998 unit. Meningkat jauh dari 55.000 unit dibandingkan 2021.
Sejauh ini, sudah terdapat 38 perusahaan yang menjadi anggota Aismoli dengan rincian, 30 dari sepeda motor, dan 8 konversi. Kemudian ada 19 merek motor listrik dengan 56 model yang terdaftar pada Sisapira.id
“Peluang industri saat ini cukup banyak dengan perusahaan mengembangkan motor di Indonesia. Hal ini akan menjadi peluang basis industri bisa melakukan ekspor,” tuturnya.
Aismoli menyebut baterai jenis Lithium-ion (Li-ion) yang berbahan baku nikel lebih cocok untuk digunakan pada produk elektrifikasi. Alhasil, proyek motor listrik sepaket dengan keinginan pemerintah untuk program penghiliran nikel.
Lebih jauh, Abdullah Alwi mengatakan kepadatan dari baterai Li-ion yang lebih tinggi membuat produk menjadi lebih tahan lama bila dibandingkan dengan jenis lead acid. Terlebih lagi Indonesia memiliki sumber nikel terbesar di dunia.
“Sebenarnya paling cocok untuk sepeda motor listrik karena density tinggi charge lebih besar dan secara umum lebih besar. Kalau pakai lithium bisa tahan 4-5 tahun,” ujarnya.
Sementara baterai lead acid memang jauh lebih murah dibandingkan Li-ion, tetapi ketahanannya hanya mencapai dua tahun sebelum mengalami penurunan performa.
Para produsen motor listrik di Indonesia pun disebut memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk berkualitas dengan menggunakan jenis baterai Li-ion. Hanya saja harga motor memang akan cenderung lebih mahal.
“Saya sangat yakin beberapa tahun ke depan masyarakat akan sadar dan beli sepeda motor listrik berkualitas dan bagus,” tuturnya.
Mendukung hal tersebut, sebagai kepanjangan tangan pemerintah, MIND ID --holding tambang pelat merah-- turut mengambil bagian dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
MIND ID tengah gencar menggarap proyek strategis yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian melalui hilirisasi industri di berbagai anak usahanya.
“Wujud nyata komitmen MIND ID dalam menjalankan program hilirisasi adalah dengan memperbanyak smelter pengolahan komoditas dari bahan mentah, menjadi bahan setengah jadi maupun produk jadi. Harapannya dengan ini mampu meningkatkan pendapatan negara melalui penambahan nilai dari pengolahan barang tambang,” tambah Heri.
Holding yang dibentuk sejak 2017 tersebut menjalankan proyek hilirisasi nikel melalui entitasnya yakni PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. dengan membangun smelter feronikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Selain itu, Antam juga membangun smelter feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara. Kedua proyek tersebut diproyeksikan dapat meningkatkan kapasitas produksi feronikel menjadi 40.5000 ton per tahun.
Lebih lanjut, Antam juga menggarap proyek strategis yang berkaitan dengan transisi energi. Antam disebut lebih memfokuskan pada sektor hilir ke pengembangan ekosistem kendaraan listrik terutama dari sisi pengembangan baterai untuk kendaraan listrik.
Dalam hal pengembangan kendaraan listrik yang terintegrasi, pemerintah melalui Kementerian BUMN, menugaskan ANTM bersama dengan MIND ID, PLN dan Pertamina membentuk PT Industri Baterai Indonesia (IBC).
IBC bersama dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL) telah menandatangani framework agreement yang mencakup kegiatan pertambangan bijih nikel hingga industry daur ulang baterai pada 14 April 2022.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah telah memulai berbagai program, termasuk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dan juga program bantuan kepada masyarakat sehingga penyerapan kendaraan listrik dapat dipercepat.
Oleh karena itu, terbangunnya ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air harus dilakukan secara utuh sebagai satu kesatuan atau bersifat holistik dan berkesinambungan.
Menko Marves menuturkan, kendaraan listrik tidak hanya berbicara tentang kendaraan itu sendiri namun juga seluruh ekosistem pendukung. Indonesia, kata Luhut, terus berupaya agar sebanyak 10 persen dari populasi EV akan terwujud pada 2030 mendatang.
“Kita melihat kendaraan listrik itu harus utuh dari satu ekosistem. Negara ini sama-sama kita atur buat lebih efisien,” kata Luhut.
Adapun, IBC telah meluncurkan Battery Asset Management Services (BAMS) yang merupakan perusahaan ekosistem baterai dan kendaraan listrik terintegrasi.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho menuturkan, BAMS akan menjadi jawaban atas kendala utama yang menghambat percepatan penerimaan kendaraan motor listrik di Indonesia yaitu persoalan baterai yang berbeda pada setiap merek kendaraan. Ragam jenis baterai yang berbeda itu menjadi tantangan bagi ekosistem kendaraan listrik.
“Kami percaya, ikhtiar ini bisa menjadi langkah besar bagi bangsa agar menjadi ekosistem yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan domestik, ramah lingkungan, dan tersedia di seluruh pelosok dengan harga terjangkau untuk seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Toto.
Harta dan Tahta Para Wanita Nusantara
Peran Penting Indonesia dalam Mengakhiri Perang Rusia di Ukraina