Stories
Kebijakan insentif PPnBM DTP terhadap kendaraan bermotor akan mempengaruhi kinerja konglongmerasi otomotif Astra International Tbk (ASII) dan Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS). ASII dan IMAS mengandalkan kontribusi segmen operasi otomotif dengan porsi hampir separuh dari kinerja pendapatan perusahaan.
14 Februari 2022
Bisnis.com, JAKARTA- Pemberian insentif PPnBM DTP Kendaraan Bermotor dinilai bertaji mengerek industri otomotif menuju kapasitas pra pandemi. Karena itu, pemerintah kembali melanjutkan program tersebut pada tahun ini.
Awal Februari, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menerbitkan PMK No.5/2020 yang memuat fasilitas PPnBM DTP. Terdapat perbedaan mendasar dari program serupa pada tahun lalu.
Beleid ini membidik segmen mobil KBH2 atau LCGC yang secara bertahap mendapatkan diskon PPnBM selama tiga kuartal. Kuartal pertama, konsumen yang seharusnya membayar tarif PPnBM sebesar 3%, lantas digratiskan alias menanggung 0%.
Selanjutnya pada kuartal kedua dan ketiga, pembeli LCGC hanya menangung 1% dan 2%. Selain itu, insentif juga menyasar mobil berkapasitas mesin di bawah 1.500cc dengan ketentuan harga jual tertinggi Rp250 juta.
Syarat tambahannya, mobil tersebut harus memenuhi tingkat local purchase sebesar 80 persen. Tentunya, ketentuan tersebut sangat berbeda dengan mekanisme pemberian insentif selama tahun lalu.
Para pelaku industri pun memasang ancang-ancang untuk tancap gas memanfaatkan fasilitas tersebut. Akan tetapi, dengan ketentuan yang berlaku, hanya sedikit prinsipal bisa meloloskan model produknya meraih insentif.
Tidak banyak pemain pada segmen LCGC, hanya terdapat lima prinsipal yang sedari awal menggarap segmen model berbasis program pemerintah itu.
Setidaknya, dari sekian banyak model yang pada tahun lalu menikmati relaksasi, setelah tingkat local purchase dikerek malah gigit jari. Begitu pula pemain segmen mobil penumpang yang busa maju dengan syarat memadai.
Di lain sisi, beleid itu membuka peluang lebih besar bagi konglongmerasi otomotif seperti Astra Internasional Tbk (ASII) dan Indomobil Sukses Internasional (IMAS). Keduanya mempunyai amunisi lengkap di dua segmen.
Baik Astra maupun Indomobil menunjukkan tren positif setelah adanya suntikan relaksasi pajak kendaraan sejak tahun lalu. Indomobil berhasil memangkas rugi bersih yang mencapai Rp467 miliar pada 2020 (Jan-Sep), menjadi rugi senilai Rp117 miliar tahun lalu.
Sementara bagi Astra, insentif PPnBM kendaraan pada tahun lalu seakan membantu Astra mendulang pertumbuhan laba. Pada 2020 (Jan-Sep), ASII mencatat profit bersih mencapai Rp14,03 triliun, sedangkan pada tahun lalu meningkat hingga Rp14,97 triliun.
Bagi kedua konglomerasi, sektor otomotif mempunyai kontribusi berarti. ASII masih mengandalkan peran segmen otomotifnya yang menyumbang pendapatan bersih konsolidasi hingga 40,5 persen sepanjan Januari-September tahun lalu.
Nilai kontribusi itu mencapai Rp67,86 triliun. Pada periode sama 2020, meskipun porsi kontribusi terhadap pendapatan mencapai 38,1 persen, nilai dari segmen otomotif ASII jatuh ke kisaran Rp49,6 triliun.
Tren serupa juga terjadi pada Indomobil. Sebagai pemegang prinsipal seperti Nissan, Suzuki, dan Datsun, konglongmerasi itu menikmati kontribusi sektor otomotif yang mencapai Rp8,9 triliun selama sembilan bulan 2021 (Jan-Sep), setara 63,9 persen total pendapatan bersih perusahaan.
Nilai kontribusi itu tumbuh signifikan dibandingkan pada 2020 yang hanya sebesar Rp6,5 triliun. Terlebih lagi jika melihat laba/rugi segmen otomotif, jika ASII masih mencatatkan angka positif Rp1,7 triliun pada 2020, pada periode yang sama segmen otomotif Indomobil mengalami kerugian Rp757 miliar.
Tren positif sektor otomotif untuk mengungkit kinerja dua konglongmerasi muncul kembali seiring berlanjutnya relaksasi PPnBM. Terlebih lagi, keduanya memiliki jagoan di segmen yang bakal mengalap berkah insentif.
ASII mempunyai keunggulan dari dua prinsipal, Daihatsu dan Toyota. Keduanya memiliki duet produk kembar segmen LCGC, Agya-Ayla dan Calya-Sigra.
Pada 2021, total penjualan Agya secara wholesales mencapai 16.992 unit, sedangkan Ayla sebanyak 21.384 unit. Calya berkontribusi sebanyak 35.375 unit sepanjang tahun lalu, Sigra mencatatkan penjualan sebanyak 40.238 unit pada periode bersamaan.
Tak hanya itu, kolaborasi Daihatsu-Toyota juga menjadi bomber paling trengginas di segmen mobil penumpang dengan kapasitas mesin kurang dari 1.500cc. Avanza dan Xenia masih merajai klasemen penjualan, volume masing-masing mencapai 66.109 unit dan 15.555 unit.
Kunci bagi ASII mendulang untung dari sini adalah keberadaan Astra Daihatsu Motor (ADM). Sebab, di sinilah produk Grup Astra dibidani.
Selain itu, ASII masih tercatat sebagai pemegang 31,87 persen saham ADM. Berdasarkan laporan keuangan ASII, “penguasa Sunter” itu mencetak pendapatan bersih hingga Rp42,7 triliun selama kuartal I sampai kuartal III/2021.ADM memberikan dividen kepada Astra senilai Rp254 miliar pada tahun lalu.
Di sisi lain, gemuknya pendapatan dan laba sektor otomotif ASII masih disumbangkan pasar roda dua yang dibesut Astra Honda Motor (AHM). Pabrikan roda dua ini pada 2021 (Jan-Sep), mencetak penjualan bersih sebesar Rp54,3 triliun, dan menyetor dividen sebanyak Rp3 triliun.
Peluang lain buat Astra justru datang dari bisnis komponen yang digawangi Astra Otopart Tbk (AUTO). Pada 2021 (Jan-Sep), AOP mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp11,04 triliun, meningkat dari Rp8,6 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.
Kinerja AUTO terungkit naiknya pasar otomotif pada tahun lalu seiring realisasi relaksasi PPnBM. Astra Otoparts berhasil membalikan rugi bersih Rp242 miliar pada 2020 (Jan-Sep), menjadi laba Rp446,4 miliar pada periode sama tahun lalu.
Karena itu, strategi harga dan produk bagi jajaran produk ASII yang terbilang dapat memenuhi tingkat local purchase dibutuhkan guna mengerek produksi. Hal itupun akan memicu kinerja ekosistem komponen otomotif di tangan AUTO di mana Astra menggenggam 80 persen kepemilikan.
Sebaliknya bagi IMAS, relaksasi PPnBM DTP kendaraan bermotor bisa dijadikan landasan perbaikan kinerja yang lebih kuat. Walaupun kehilangan LCGC Datsun disusul kemudian Suzuki Karimun Wagon, Indomobil masih mempunyai koleksi model calon penerima insentif.
Setidaknya terdapat tiga model yakni Nissan Livina, Suzuki Ertiga, dan Suzuki XL7. Nissan, Suzuki, dan Datsun sejauh ini merupakan kontributor signifikan bagi Indomobil selain KIA di segmen mobil penumpang, serta segmen mobil komersial seperti Hino.
Bahkan dari Nissan, Indomobil mampu mengerik pendapatan pada segmen otomotif dan perawatan, mencapai Rp1,5 triliun. Jumlah itu setara 17,1 persen dari total pendapatan bersih segmen otomotif dan perawatan.
Terlebih lagi, meskipun saat ini produksi Livina beralih kepada Mitsubishi Motors, distribusi dan penjualan tetap dipegang Indomobil.
Nissan Motor Distributor Indonesia (NMDI) merupakan usaha patungan Indomobil dan Nissan Motors Ltd. IMAS menguasai 74,99 persen kepemilikan NMDI, sisanya dipegang prinsipal.
Karena itu, terbitnya beleid diskon PPnBM selayaknya bisa dioptimalkan Indomobil. Kecuali LCGC, untuk segmen mobil penumpang penerima diskon, masing-masing APM dipaksa berstrategi menyesuaikan harga, itulah yang bakal menentukan lipatan keuntungan dua konglongmerasi otomotif.
Meskipun insentif kali ini hanya mencurahkan perhatian pada dua segmen, pemerintah membidik segmen paling besar di pasar dometik. Tidak hanya itu, dengan ketentuan penyerta, pemerintah menginginkan agar stimulus fiskal benar-benar mampu mendongkrak kinerja ekonomi.
Bisa dikatakan dua segmen ini merupakan kelas entry level. Secara karakter, segmen LCGC dan LMPV yang dominan menguasai mobil berkapasitas 1.500cc, adalah pintu masuk bagi peningkatan motorisasi di Indonesia yang mempunyai rasio 99 unit per 1.000 orang.
Beleid insentif juga mensyaratkan adanya stadardisasi emisi karbon. Aturan ini mengacu kepada realisasi kebijakan PPnBm berbasis emisi sebagaimana tertuang dalam PP 73/2019 dan revisinya.
Namun sebaliknya, bagi pelaku usaha ketentuan dari pemerintah ini belum bisa direspon secara langsung. Mereka masih mencermati mode yang sesuai dengan ketentuan sekaligus menerapkan strategi pasar paling ampuh.
“Yang sekarang beberapa produk sudah kami daftarkan, untuk detail masih menunggu aturan teknis dari Kementerian Perindustrian,” kata Donny Saputra, 4W Marketing Director Suzuki Indomobil Sales.
Begitupun bagi Toyota. Dimas Azka selaku Public Relation Manager TAM mengaku masih mengkaji berbagai model potensial yang dapat mengalap berkah PPnBM.
“Selain LCGC, ada beberapa model yang menjadi calon penerima yang bakal kami daftarkan,” katanya.
Bagi pelaku industri otomotif, stimulus fiskal ini merupakan angin segar agar industri dan bisnis bisa lebih bernafas pada tahun ini. Apalagi, kondisi perekonomian masih belum pulih seutuhnya seiring lonjakan kasus Covid-19 pada awal 2022.
Dengan mengamati kinerja dua konglongmerasi otomotif, bisa disimpulkan kebijakan diskon PPnBM kendaraan bermotor berhasil menjadi bantalan pelemahan pasar. Astra kembali bisa mengukir penambahan laba bersih, serta Indomobil mampu menambal rugi bersih.
Sebagaimana diutarakan Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) Kukuh Kumara. Asosiasi pada tahun ini memperkirakan penjualan domestik bisa menyentuh kisaran 900 ribu unit.
“Insentif PPnBM sangat membantu capaian tersebut,” kata Kukuh.
Teka-teki Kongsi Bisnis Chairul Tanjung, Salim, dan Sariaatmadja
Kilas Balik Covid-19: Dua Tahun Bertahan dari Pagebluk